KOMPAS.com - Malam mulai menyapa di ujung utara Kabupaten Tangerang, Sabtu (19/3/2-16).
Hujan baru reda seusai mengguyur tanah di kawasan lokalisasi Dadap Ceng In, di Kelurahan Dadap, Kecamatan Kosambi, Tangerang.
Empat wanita muda asyik bercanda tawa bersama seorang wanita lebih tua yang disapa mami.
Mereka nongkrong di warung warga. Begitu asyiknya, mereka cuek saja ketika tim gabungan dari polsek, TNI, Satpol PP, dan masyarakat melintas.
"Kami sudah tidak bekerja lagi karena semua kafe, karaoke, dan pub di sini sudah ditutup. Kami belum pulang karena diminta tinggal dulu sementara sampai selesai mengikuti pelatihan dari Kementerian Sosial RI," tutur Mila (27), warga asal Indramayu, Jawa Barat.
Menurut rencana, pelatihan diadakan dua tahap pada Mei. Setelah menjalani pelatihan, pekerja seks komersial harus keluar dari tempat itu.
Entah pulang kampung atau bekerja di tempat lain. Sambil menunggu pelatihan, mereka diperbolehkan tinggal di situ.
Kafe, karaoke, dan pub yang berjajar di sepanjang lebih dari 1 kilometer jalan di kawasan ini terlihat gelap gulita.
Semua pintu tempat hiburan malam terkunci. Sebagian digembok dari luar. Tak ada keramaian di sepanjang jalan.
Tak ada jingkrak-jingkrak mengikuti musik dangdut yang biasa terdengar di tiap warung remang-remang di situ.
Kawasan lokalisasi Dadap Ceng In, Sabtu malam, terlihat berbeda dibandingkan dengan hari yang sama dua pekan sebelumnya.
"Malam minggu ini sama sekali tidak ada kafe, karaoke, dan pub yang buka. Bisa jadi karena sebagian dari mereka sudah ada yang keluar dari sini dan pulang kampung. Juga mungkin karena mereka takut soalnya setiap malam ada razia yang dilakukan polisi dan patroli gabungan," kata Acip, Danton RW 003 Kelurahan Dadap, Sabtu malam.
Sepinya kawasan ini tak lepas dari rencana penataan kawasan. Kawasan ini bakal jadi ruang terbuka hijau dan kawasan Islamic Center.
Pemerintah Kabupaten Tangerang membongkar bangunan liar yang terdiri dari 72 tempat hiburan malam, seperti kafe, karaoke, dan pub.
Acip menceritakan, sekitar tahun 1982, saat dia pindah dari Muara Karang ke Dadap, sudah terbangun lima kafe di Dadap Ceng In.
Kafe itu lebih banyak melayani nelayan yang pulang dari melaut. Pada 1990-an, tempat hiburan malam tumbuh pesat. Konsumen banyak dari Tangerang, Jakarta, dan daerah lain.
Razia terus
Bersama sekitar 62 personel tim gabungan, Kepala Polsek Teluknaga Ajun Komisaris Supriyanto memasuki Ellysta Cafe Karaoke dan Hotel, Sabtu lalu.
Agak sulit memasuki ruangan-ruangan khusus karaoke di lantai dua gedung itu karena harus melewati tangga sempit dan berkelok.
Namun, ruang karaoke itu rupanya sudah kosong. Beberapa barang, seperti sofa dan meja, berantakan.
Jumat malam, kata Supriyanto, pihaknya melakukan razia di Pelangi Cafe. Dari luar, kafe tampak sepi, gelap, dan tergembok dari luar.
Halaman parkirnya kosong dari sepeda motor dan mobil. Tak ada yang menyangka, setelah dibuka paksa, ternyata di dalamnya ada aktivitas tempat hiburan malam.
Supriyanto mengatakan, lebih dari dua minggu ini tim gabungan melakukan operasi di Dadap Ceng In dan sekitarnya.
"Ini sebagai upaya kami menciptakan Dadap Ceng In aman dan kondusif saat penertiban bangunan liar pada 23 Mei mendatang," kata Supriyanto.
(Pingkan Elita Dundu).
----
Artikel ini sebelumnya ditayangkan dalam Harian Kompas, edisi Senin 21 Maret 2016, dengan judul "Tak Ada Jingkrak Lagi di Dadap Ceng In"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.