Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warna-warni Taksi Resmi dan "Gelap" di Ibu Kota Jakarta

Kompas.com - 24/03/2016, 08:34 WIB

Dikatakan Dja'is, lahirnya taksi gelap hanyalah satu gejala sosial yang timbul karena ekonomi yang masih serba kurang. Sama halnya dengan timbulnya berpuluh-puluh pedagang rokok dan penjual bensin campuran di tepi jalan.

"Dan, suatu gejala sosial tentu harus ditanggulangi dengan perubahan-perubahan sosial, bukan dengan menambah lagi satu peraturan pemerintah, bukan?" ujar Dja'is.

Ditambahkan Dja'is, hampir 100 persen dari pemilik taksi gelap adalah orang-orang yang justru tidak pandai dagang dan tidak pandai korupsi! "Kami terpaksa melakukannya karena tidak ada alternatif untuk mendapatkan penghasilan tambahan," tulis Dja'is.

Luar biasa. Lebih dari 45 tahun lalu telah ada seorang warga Jakarta yang telah menuliskan pendapatnya tentang keberadaan taksi gelap, atau taksi yang tidak terdaftar di pemerintah. Opininya bahkan ditampilkan di dalam forum surat kabar untuk didiskusikan oleh warga kota.

Peningkatan pelayanan

Di sisi lain, taksi-taksi resmi juga berupaya meningkatkan pelayanan supaya ada pembeda dengan taksi-taksi gelap yang dikatakan sering berkeliaran dengan tarif yang bermacam-macam.

Metro Taxi, misalnya, menampilkan citra eksklusif dengan mengatakan, "pemakai terbanjak adalah pedagang asing. Kebanjakan sopirnja masih budjang".

Metro Taxi, yang merupakan akronim dari Metropolitan-Taxi, ini pun mulai didirikan sejak September 1968 untuk mendampingi Jakarta menuju kota metropolitan sesungguhnya, seperti Singapura, Tokyo, Manila, dan kota-kota lain.

Pada akhir 1970, Metro Taxi diperkuat oleh 65 mobil, yakni 50 unit Dodge Valiant dan 15 Mercedes 1800. Jelas Metro Taxi dipersenjatai oleh mobil-mobil dari pabrikan terkemuka.

Namun, Metro Taxi juga mengajak para pemilik kendaraan pelat hitam untuk bergabung dengan manajemen Metro Taxi. Sebanyak 80 persen dari seluruh pendapatan nantinya dapat dikantongi oleh pemilik kendaraan.

Taksi di Jakarta baru mulai dilengkapi dengan argometer (taksi-meter) pada Kamis, 10 Februari 1972, melalui 50 taksi yang dioperasikan oleh PT Morante Djaya. Kompas pun merayakannya dengan menurunkan berita tentang inovasi pelayanan itu di halaman pertama.

Setelah dicoba, ternyata sistem argo lebih murah. Tarif taksi argo dari Kantor DLLAJR di Tanah Abang Barat ke Bandara Kemayoran sebesar Rp 350. Tarif taksi argo dari Kemayoran ke Hotel Indonesia sebesar Rp 420.

Bandingkan dengan tarif taksi "jam-jaman" yang umumnya memasang tarif Rp 400 per jam dengan pemakaian paling sedikit dua jam. Pemprov DKI Jakarta waktu itu menentukan tarif mulai jalan (begitu naik taksi) Rp 80 kemudian taksi-meternya menunjukkan tambahan Rp 10 setiap 200 meter.

Kisah taksi

Taksi dan aneka macam kisah di baliknya ternyata menarik perhatian wartawan-wartawan Kompas tempo dulu. Pada Maret 1972, wartawan Kompas Azkarmin Zaini pernah menulis secara berseri artikel dengan judul "Mentjoba Naik Taksi di Djakarta".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Transjakarta 10B Cipinang Besar Selatan-Kalimalang

Rute Transjakarta 10B Cipinang Besar Selatan-Kalimalang

Megapolitan
Adik Kelas Korban Kecelakaan Bus di Subang Datangi SMK Lingga Kencana: Mereka Teman Main Kami Juga

Adik Kelas Korban Kecelakaan Bus di Subang Datangi SMK Lingga Kencana: Mereka Teman Main Kami Juga

Megapolitan
Orangtua Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang Mendatangi SMK Lingga Kencana

Orangtua Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang Mendatangi SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Megapolitan
Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Megapolitan
Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Megapolitan
Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Megapolitan
Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Megapolitan
Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Megapolitan
Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Megapolitan
Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com