Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kekurangan Layanan Bus Damri di Bandara Soekarno-Hatta Versi YLKI

Kompas.com - 28/03/2016, 14:39 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengkritisi layanan bus Damri yang menjadi salah satu pilihan moda transportasi penumpang dari dan ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Ada sepuluh hal yang dikritisi oleh YLKI, mencakup soal tarif, kinerja sopir bus, kondisi bus, dan sebagainya.

"Poin pertama, jadwal kedatangan dan keberangkatan yang tidak tepat waktu," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi melalui keterangannya kepada wartawan, Senin (28/3/2016).

Tulus melanjutkan, poin yang dikritisi berikutnya adalah sistem ticketing yang masih manual, sehingga memberi celah terhadap pungutan liat oleh oknum kondektur bus tersebut.

Bus Damri di Bandara Soekarno-Hatta juga masih suka menunggu hingga bus penuh terisi penumpang, baru berangkat.

Padahal, sudah ada jadwalnya sendiri kapan bus harus menunggu dan kapan bus harus berangkat.

Kemudian, kondisi di dalam bus kini sudah kotor dan terasa tidak nyaman untuk dinaiki. Bahkan, Tulus juga menyamakan kondisi bus Damri Bandara Soekarno-Hatta seperti bus kota yang sudah banyak kerusakan di dalamnya.

"Juga soal free WiFi yang sering dimatikan, hot line service tidak jelas karena ketika dihubungi ke nomor itu tidak pernah diangkat-angkat, ada sopir tembak, dan tidak punya mekanisme pengaduan jika ada barang konsumen yang tertinggal," tutur Tulus.

Poin terakhir adalah soal penumpang yang tidak dihargai dalam beberapa kasus, karena sopir menurunkan penumpang di pinggir jalan tanpa tanggung jawab yang jelas saat bus sedang mogok.

Dari sepuluh hal tersebut, Tulus menilai, harus ada evaluasi tarif bus Damri berdasarkan ukuran dan standar yang jelas.

"Kami mendesak Kemenhub dan PT Angkasa Pura II agar bisa evaluasi besaran tarif bus dan menerapkan standar pelayanan minimal (SPM). Kami juga minta buka persaingan yang fair untuk akses ke Bandara Soekarno-Hatta karena layanan ini baru dimonopoli oleh Damri," ujar Tulus.

Berdasarkan informasi dari website Damri, www.damri.co.id, ada 25 trayek yang melayani perjalanan dari dan ke Bandara Soekarno-Hatta. Besaran tarifnya bervariasi, mulai dari Rp 40.000 hingga Rp 65.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com