Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahmat HS Sempat Demo Ahok dan Kini Mundur dari Hanura

Kompas.com - 29/03/2016, 12:55 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Wakil Ketua DPD Hanura DKI Jakarta Bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (OKK) Rahmat HS beberapa kali terlihat ikut berdemonstrasi ke Balai Kota DKI Jakarta.

Pertama, ia berdemo pada tahun 2013 lalu. Saat itu, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok masih menjabat Wakil Gubernur DKI dan berkonflik dengan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham "Lulung" Lunggana.

Para pendemo menuntut Ahok meminta maaf kepada Lulung karena menuding anggota DPRD DKI tersebut yang menggerakkan pedagang kaki lima (PKL) Tanah Abang. Rahmat turut serta berdemo dengan warga lainnya yang tergabung dalam Rakyat Jahit Mulut Ahok (Rajjam).

Tak hanya Rahmat, tokoh Betawi lainnya, Eki Pitung, juga berdemo dan akhirnya ditemui oleh Ahok. Berdasarkan video yang diunggah oleh akun Jokowi Presiden RI di YouTube berjudul "Ahok vs Haji Lulung", terlihat Rahmat mengenalkan diri sebagai Ketua Forum Pemuda Betawi.

"Kami bukan mempersoalkan PKL, tetapi permintaan maaf ke Haji Lulung," kata Rahmat kepada Ahok, medio Juli 2013 lalu.

Kemudian, Ahok menelepon Lulung dan para pendemo menyudahi aksinya. Saat pulang, para pendemo, termasuk Rahmat, mendapat kartu nama Ahok.

Saat dikonfirmasi, Selasa (29/3/2016), Rahmat membantah jika dirinya disebut sebagai "orang" Lulung. Rahmat menegaskan bahwa dirinya sempat ikut berdemonstrasi karena tidak sepakat dengan beberapa hal yang dilakukan Ahok terkait penertiban Tanah Abang.

"Saya enggak ada hubungan sama Lulung. Kebetulan sama-sama Tanah Abang saja. Saya kritis soal perilaku, cara ngomong, tutur sapa Ahok yang asal saja," ujar Rahmat.

Permasalahkan USB

Setelah itu, Rahmat juga terlihat pernah mengunjungi Balai Kota pada Maret 2015. Rahmat beserta Eki Pitung dan lainnya berusaha masuk untuk menemui Ahok. Mereka menuntut klarifikasi Ahok tentang pemberian nama calon anak sapi di Rumpin, Kabupaten Bogor, yakni "USB" (untuk sapi Betawi).

Selain itu, mereka juga menuntut Ahok meminta maaf kepada warga Betawi atas pernyataannya tersebut.

"Kami minta Ahok mengklarifikasi pernyataannya di Rumpin yang memelesetkan USB dengan Betawi, itu sama saja rasialis. Kami minta Ahok jangan suka mancing-mancing emosinya warga Betawi. Setelah mendapat klarifikasi, kami langsung pulang kok, ngapain lama-lama di sini," kata Rahmat.

Namun, akhirnya Ahok tak menemui mereka. Rahmat dan kawan-kawan hanya ditemui oleh Badan Kesatuan, Kebangsaan, dan Politik (Bakesbangpol) DKI Jakarta.

Pilih Mundur karena Hanura dukung Ahok

Mengetahui partainya mendukung Ahok pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017, Rahmat pun memilih mundur dari Hanura. Menurut dia, keputusan Hanura mendukung Ahok tidak sesusai dengan aspirasi kader akar rumput. Ia pun melepas atribut Hanura dan mengundurkan diri secara resmi.

"Saya malu ikut Hanura kalau mendukung cagub yang menurut saya enggak punya etika, tutur kata, sopan santun kepada warga Jakarta. Apalagi, secara historis, Hanura paling depan memerangi Ahok. Ini sangat ironis, akhirnya Hanura dukung Ahok," kata Rahmat.

Ia pun menyebut akan langsung memberi surat pengunduran diri kepada Ketua Umum Partai Hanura Wiranto. Sebab, saat masuk partai, ia juga langsung mengajukan kepada Wiranto.

"Saya masuk lewat Ketum dan keluar langsung lewat Ketum. Legalnya saya kasih Ketum," kata Rahmat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com