Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/04/2016, 18:31 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menilai, proyek reklamasi Pantai Utara Jakarta tidak mendesak untuk direalisasikan.

Hal ini berbeda dengan kondisi di Singapura. Menurut Djarot, Singapura memerlukan reklamasi karena keterbatasan lahan.

"Secara umum, kalau lihat pembangunan DKI Jakarta, yang harus ditekankan itu persoalan lingkungannya. Buat saya, reklamasi itu adalah opsi terakhir, tidak sama Jakarta dengan Singapura. Di sana keterbatasan lahan, menggunakan (reklamasi) untuk kepentingan tertentu," kata Djarot saat berkunjung ke Kantor Tribun, Selasa (5/4/2016).

Djarot mengatakan, salah satu persoalan di Jakarta yang harus segera diselesaikan adalah jumlah penduduk yang terus bertambah. 

Di balik kepadatan penduduk itu, ada aspek pembangunan yang tidak kalah penting. (Baca: Nelayan Muara Angke Minta Presiden Batalkan Proyek Reklamasi).

"Kalau dari pembangunan kota, bukan hanya penampilan fisiknya, tetapi kota punya jiwa, punya karakternya, seperti apa. Jakarta mau dibikin karakter seperti apa? Apakah mau diisi dengan pengembang apartemen mewah? Atau membangun kampung besar dan menata kampung-kampung," tutur Djarot.

Adapun proyek reklamasi yang sedang berjalan ini melibatkan sejumlah anak usaha dari para pengembang besar, seperti PT Agung Podomoro Land dan PT Agung Sedayu Group.

Dari sejumlah pengembang itu, ada yang sudah memasarkan bangunan di sana untuk dijual.

Padahal, izin membangun belum didapat karena rancangan peraturan daerah tentang zonasi dan tata kawasan belum rampung dibahas.

"Yang kita pertanyakan, bukan apa-apa, (reklamasi) ini untuk siapa sih sebetulnya? Apakah sudah menjadi sebuah kebutuhan mendesak, atau hanya untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi belaka?" ujar dia.

Adapun isu reklamasi Pantai Utara Jakarta kembali menghangat setelah Ketua Komisi D DPRD DKI Mohamad Sanusi ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka.

(Baca: Ahok Sebut Distopnya Pembahasan Raperda Reklamasi Untungkan Pengembang).

Sanusi ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan menerima suap dari Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land, Ariesman Widjaja, melalui Personal Assistant PT Agung Podomoro Land Trinanda Prihantoro, yang juga sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Dalam operasi tangkap tangan (OTT) pada Kamis (31/3/2016), KPK menemukan barang bukti uang senilai Rp1,14 miliar dari total Rp 2 miliar yang sudah diberikan Ariesman meski belum diketahui total commitment fee yang diterima Sanusi.

Pemberian suap diduga terkait pembahasan Raperda tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jakarta 2015-2035 dan Raperda tentang Rencana Kawasan Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Jakarta Utara.

Kompas TV Sanusi Kembali Diperiksa KPK
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Tak Revisi Naskah Meski Dilarang Bicara Politik di Pentas Teater, Butet: Kalau Dianggap Melanggar, Silakan Tangkap

Tak Revisi Naskah Meski Dilarang Bicara Politik di Pentas Teater, Butet: Kalau Dianggap Melanggar, Silakan Tangkap

Megapolitan
Terkendala Curah Hujan, Proyek Jembatan Mampang Ditargetkan Baru Rampung Akhir Desember 2023

Terkendala Curah Hujan, Proyek Jembatan Mampang Ditargetkan Baru Rampung Akhir Desember 2023

Megapolitan
Tak Ubah Naskah meski Dilarang Bicara Politik di Pentas Teater, Butet: Panggung Kami Isinya Parodi Satire

Tak Ubah Naskah meski Dilarang Bicara Politik di Pentas Teater, Butet: Panggung Kami Isinya Parodi Satire

Megapolitan
Mal Pelayanan Publik Kota Depok Ditargetkan Rampung Bulan Ini, Beroperasi Januari 2024

Mal Pelayanan Publik Kota Depok Ditargetkan Rampung Bulan Ini, Beroperasi Januari 2024

Megapolitan
Saat Aiman Diperiksa 5,5 Jam soal Pernyataan Oknum Polisi Tak Netral pada Pemilu 2024...

Saat Aiman Diperiksa 5,5 Jam soal Pernyataan Oknum Polisi Tak Netral pada Pemilu 2024...

Megapolitan
DPRD Minta Pemprov DKI Tambah Stok Cabai untuk Tekan Kenaikan Harga

DPRD Minta Pemprov DKI Tambah Stok Cabai untuk Tekan Kenaikan Harga

Megapolitan
Kapolda Metro Jaya Rotasi 304 Perwira, Ada Kasat Reskrim dan Kapolsek

Kapolda Metro Jaya Rotasi 304 Perwira, Ada Kasat Reskrim dan Kapolsek

Megapolitan
Mengaku Dilarang Bicara Politik di Pentas Teater, Butet: Selama 41 Kali, Baru Kali Ini Terjadi

Mengaku Dilarang Bicara Politik di Pentas Teater, Butet: Selama 41 Kali, Baru Kali Ini Terjadi

Megapolitan
Anak di Jakarta Terinfeksi 'Mycoplasma Pneumoniae', Dinkes DKI Minta Warga Tak Panik

Anak di Jakarta Terinfeksi "Mycoplasma Pneumoniae", Dinkes DKI Minta Warga Tak Panik

Megapolitan
Dinkes DKI Temukan Anak di Jakarta Terinfeksi 'Mycoplasma Pneumoniae'

Dinkes DKI Temukan Anak di Jakarta Terinfeksi "Mycoplasma Pneumoniae"

Megapolitan
Pemberangkatan Diperketat, Jemaah Haji di Jakarta Diimbau Mulai Periksa Kesehatan

Pemberangkatan Diperketat, Jemaah Haji di Jakarta Diimbau Mulai Periksa Kesehatan

Megapolitan
Harga Cabai Melonjak Jelang Natal, Pemprov DKI Diminta Gelar Operasi Pasar

Harga Cabai Melonjak Jelang Natal, Pemprov DKI Diminta Gelar Operasi Pasar

Megapolitan
Kaget Jali Bakar Istrinya Hidup-hidup, Tetangga: Dia Orangnya Baik

Kaget Jali Bakar Istrinya Hidup-hidup, Tetangga: Dia Orangnya Baik

Megapolitan
11 Warga Jakarta Barat Terinfeksi Cacar Monyet, 7 di Antaranya Sudah Sembuh

11 Warga Jakarta Barat Terinfeksi Cacar Monyet, 7 di Antaranya Sudah Sembuh

Megapolitan
Enggan Tangkap Jali yang Bakar Istrinya, Warga: Tak Mau Ikut Campur, Kami Fokus Tolong Korban

Enggan Tangkap Jali yang Bakar Istrinya, Warga: Tak Mau Ikut Campur, Kami Fokus Tolong Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com