Sebagian bahkan menggelar dagangan di pinggiran plaza Museum Sejarah Jakarta.
Pengunjung Kota Tua juga lebih senang memarkir kendaraan di lorong-lorong yang berdekatan dengan Museum Sejarah Jakarta.
Di lokasi ini, juru parkir resmi yang berseragam juga masih terlihat. Tak jarang juru parkir itu menaikkan tarif semaunya sendiri.
Di karcis yang diserahkan kepada pengunjung tertera tarif parkir resmi Rp 2.000. Namun, juru parkir kerap menarik tarif Rp 4.000-Rp 5.000.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, PKL tetap akan disterilkan dari kawasan Kota Tua Jakarta.
Ia berharap nantinya para pengunjung bangunan cagar budaya itu bisa berjalan nyaman tanpa diganggu PKL.
Ia pun meminta Dinas Koperasi, Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah untuk segera menata PKL dan merelokasi ke Jalan Cengkeh.
"Pembiaran PKL di Jakarta Barat ini masih banyak. Padahal, apa yang susah, duit ada, kuasa ada. Yang penting niatnya saja," ujar Basuki saat membuka kegiatan Murenbang Kota Jakarta Barat, pekan lalu.
Menurut Ahok, dinas koperasi dan UMKM harus bisa membalikkan pikiran PKL yang selama ini mendekati sumber kerumunan orang untuk mencari uang.
Jika terus dibiarkan mengokupasi area Kota Tua, lama-lama pengunjung akan jengah dan enggan datang ke Kota Tua.
Dinkop tidak boleh mematikan PKL, tetapi diharapkan menata mereka di tempat yang tepat. (DEA)
------
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 April 2016, di halaman 27 dengan judul "PKL dan Parkir Liar Masih Mengepung Kota Tua".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.