Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Handoko Gani
Analis Kebohongan

Analisis kebohongan, anggota tim ahli kepolisian untuk kasus kriminal tertentu, trainer korporasi dan pemerintahan, termasuk KPK. || www.handokogani.com || @LieDetectorID

Benarkah Agus Pemutilasi Cikupa Tidak Menyesal?

Kompas.com - 21/04/2016, 20:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Bagaimana dengan ekspresi wajah berikut ini ?

Anda bisa merasakan adanya emosi apa?

Dalam foto yang pertama dan kedua kita melihat Agus yang seperti sedang memikirkan sesuatu. Perhatikan bentuk alisnya yang turun dan matanya yang lebih terlihat sendu ?

Jangan-jangan Anda juga merasakan adanya emosi marah ?

Sekarang, mari kita coba memahami adakah rasa menyesal pada wajah Agus.

Pertama-tama, sebagaimana saya jelaskan di dalam buku saya “Mendeteksi Bohong” yang bakal terbit di bulan Mei nanti, ada 7 emosi dasar yang merupakan emosi manusia dengan tanda-tanda universal yang bisa ada di wajah siapapun.

Mulai dari suku terdalam di Papua hingga Astronot yang pernah menginjak dunia luar angkasa, baik anak-anak maupun orang dewasa, baik terpelajar ataupun tidak bersekolah, baik kaya maupun miskin, baik pelaku kejahatan ataupun alim ulama.

Emosi tersebut antara lain: terkejut, senang, sedih, marah, takut, jijik dan muak/mencibir.

Dengan kata lain, raut wajah menyesal bukanlah ekspresi wajah yang universal. Raut wajah menyesal adalah raut wajah yang personal dari seseorang atau sekelompok orang saja, dan tidak bisa disamaratakan keberadaan tanda-tandanya pada semua orang.

Kita juga bisa menemukan ekspresi seseorang yang seperti tidak memiliki penyesalan melakukan kejahatan. Justru yang terlihat adalah ekspresi wajah marah. Namun, sekali lagi, ekspresi wajah “tidak menyesal” atau “tidak merasa bersalah” bukanlah ekspresi wajah yang universal.

Ekspresi emosi marahlah yang universal. Adanya ekspresi emosi marah ini menunjukkan bahwa pelaku mungkin merasa bahwa ia melakukan hal yang wajar, hal yang sepantasnya dilakukan karena harga dirinya terinjak.

Berbicara tentang Agus, kita merasakan adanya campur aduk emosi dari marah, sedih dan takut dari seseorang. Emosi marah kemungkinan muncul ketika Agus merasa bahwa ia membela harga dirinya yang terinjak dan emosi sedih yang mungkin muncul saat memikirkan nasibnya dan keluarga.

Menurut saya, sekarang ia hanya belum menunjukkan emosi sedih + takut nya atau perasaan “bersalah”nya secara terang-terangan. Penegak hukum perlu mendalami lebih dalam apa yang sebetulnya menjadi motif Agus melakukan pembunuhan.

Apakah Agus seorang psikopat ?

Wah, untuk bisa menilai kondisi psikis seseorang, Anda perlu menggunakan alat tes atau cara tes psikis juga. Anda tidak bisa dan tidak boleh menilai seseorang hanya dari foto-foto yang jumlahnya sedikit dan dalam konteks yang kita juga tidak ketahui secara persis.

Salam…

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Polisi Tangkap Pembunuh Pedagang Perabot di Duren Sawit, Ternyata Anak Kandung Sendiri

Megapolitan
Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Diduga Korsleting, Bengkel Motor Sekaligus Rumah Tinggal di Cibubur Terbakar

Megapolitan
Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Kardinal Suharyo Tegaskan Gereja Katolik Tak Sama dengan Ormas Keagamaan

Megapolitan
Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Ditawari Izin Tambang, Kardinal Suharyo: Itu Bukan Wilayah Kami

Megapolitan
Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Pemuda yang Sekap dan Aniaya Kekasihnya di Pondok Aren Ditangkap Polisi

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Pengelola Rusunawa Marunda Lapor Polisi soal Penjarahan Sejak 2023

Megapolitan
Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia: Waktu Singkat dan Enggan Naik Mobil Antipeluru

Megapolitan
Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Pedagang Perabot di Duren Sawit Tewas dengan Luka Tusuk

Megapolitan
Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Tak Disangka, Grafiti Bikin Fermul Belajar Mengontrol Emosi

Megapolitan
Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep 'Winner Takes All' Tidak Dikenal

Sambut Positif jika Anies Ingin Bertemu Prabowo, PAN: Konsep "Winner Takes All" Tidak Dikenal

Megapolitan
Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Seniman Grafiti Ingin Buat Tembok Jakarta Lebih Berwarna meski Aksinya Dicap Vandalisme

Megapolitan
Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Kunjungan Paus ke Indonesia Jadi yang Kali Ketiga Sepanjang Sejarah

Megapolitan
Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Kardinal Suharyo: Kunjungan Paus Penting, tapi Lebih Penting Mengikuti Teladannya

Megapolitan
Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Paus Fransiskus Akan Berkunjung ke Indonesia, Diagendakan Mampir ke Istiqlal hingga GBK

Megapolitan
Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Warga Langsung Padati CFD Thamrin-Bundaran HI Usai Jakarta Marathon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com