JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak September 2015, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault telah mendeklarasikan diri sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta.
Ia menyatakan niatnya ikut Pilkada DKI 2017 itu dalam acara Sinergi Tokoh, Sinergi Umat Mendaulat Adhyaksa Dault sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Minggu (20/9/2015).
Selama beberapa bulan setelahnya, Adhyaksa tampak aktif melakukan sosialisasi dengan warga sekitar.
(Baca juga: Yusuf Mansyur: Yuk Istikharah, Utamakan Adhyaksa, Yusril, Sandiaga...)
Ia juga menyempatkan diri bertemu sejumlah tokoh politik, misalnya saja dengan Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra.
Semangatnya menjadi cagub tampak menggebu-gebu. Menurut Adhyaksa, hanya itu yang mampu dilakukan untuk mengubah Jakarta.
"Saya mau mengubah Jakarta. Makanya harus jadi gubernur. Kalau jadi wagub, enggak bisa," kata Adhyaksa.
Namun, posisi Adhyaksa yang bukan kader partai mana pun membuatnya dalam kondisi sulit.
Selama beberapa bulan, Adhyaksa belum mendapatkan kendaraan politik untuk menuju Pilkada DKI 2017.
Beda Adhyaksa dengan Yusril
Situasi yang sama dihadapi bakal calon gubernur lainnya, Yusril Ihza Mahendra. Meskipun menjabat Ketua Umum PBB, Yusril butuh didukung partai lain.
Sebab, partainya tidak memiliki kursi di DPRD DKI Jakarta sehingga tidak dapat mengusung sendiri bakal calon gubernur.
Kendati demikian, upaya yang dilakukan Yusril tampak lebih gencar dibandingkan Adhyaksa.
Mantan Menteri Kehakiman dan HAM ini aktif mendaftarkan diri ke partai-partai yang membuka penjaringan bakal cagub.
(Baca juga: Tidak Ingin Diadu Domba, Yusril Enggan Tanggapi Komentar Adhyaksa)
Sebaliknya, Adhyaksa belum pernah datang ke kantor partai untuk mengambil formulir pendaftaran cagub secara langsung.
Menurut dia, mendaftar cagub ke partai-partai ini sama saja dengan mengejar kekuasaan.
"Meminta-minta jabatan itu enggak boleh sebenarnya," ujar Adhyaksa beberapa waktu lalu.
Sebenarnya, Adhyaksa terdaftar dalam penjaringan bakal calon gubernur Partai Demokrat. Namun, menurut dia, pendaftaran itu dilakukan atas dasar undangan partai.
Formulir pendaftarannya langsung diantar anggota Partai Demokrat ke rumah Adhyaksa.
Kepada wartawan, Adhyaksa mengaku lebih suka jika didekati atau dipinang partai yang bersedia mengusungnya pada pilkada.
Dengan begitu, ia merasa diberi amanah, bukan mencari kekuasaan. Sayangnya, hingga kini, belum ada partai yang meminang Adhyaksa.
Tahu diri
Terkait belum adanya kendaraan politik untuk ikut pilkada, Adhyaksa mengaku tahu diri. Ia mengaku tidak menjadikan cagub sebagai ambisi.
(Baca: Adhyaksa Dault: Memangnya Jadi Gubernur Enak? Berat! )
Tidak banyak yang bisa dia perbuat untuk meloloskan dirinya menjadi cagub DKI. Bakal calon gubernur lain pun sudah semakin banyak bermunculan.
"Saya nih orang tahu diri, kalau elektabilitas saya rendah, kita kasih yang lain, saya enggak usah maju. Jangan paksain diri. Kalau elektabilitas saya tinggi, ya saya tolong didukung. Tetapi, kalau yang lain lebih tinggi, ya saya kasih dia peluangnya," ujar Adhyaksa.
Hingga hari ini, satu partai telah menutup pendaftaran bakal cagub. Beberapa partai lain masih terus menjaring untuk mencari sosok terbaik yang akan bertarung dalam pilkada.
Sementara itu, Adhyaksa masih diam di tempat, menanti "pinangan" partai.