JAKARTA, KOMPAS.com - Tindakan perkosaan secara berkelompok atau dikenal dengan "gengrape" semakin menjadi perhatian publik. Sejumlah kasus yang melibatkan pelaku lebih dari satu orang ini, sering dilakukan oleh anak di bawah umur, begitu juga dengan korbannya yang rata-rata juga masih di bawah umur.
Terkadang, sejumlah kasus tidak terekspos ke publik dengan berbagai alasan. Berikut sejumlah kasus gengrape berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) dari Maret 2015 hingga Mei 2016.
17 Maret 2015, ES (13), siswi kelas 1 SMP, warga desa Priuk, Kabupaten Tangerang, diperkosa oleh tujuh orang remaja usia 14-15 tahun. Kejahatan itu dilakukan secara beramai-ramai di lapangan sepak bola, pada malam hari setelah diberikan miras secara paksa.
31 Maret 2015, R (14), siswi kelas 1 SMP, warga Lemah Abang, Bekasi, menghilang setelah diperkosa secara bergilir di dalam angkutan mikrolet oleh empat orang supir angkutan di Jakarta Selatan.
Sebelum diperkosa, R dipaksa minum minuman beralkohol dan menonton video porno. Korban R ditemukan meninggal di salah satu toilet d terminal bus di Yogyakarta oleh seorang bapak berinisial BN (65) dalam kondisi mengenaskan.
Mayat R kembali diantarkan ke tempat tinggalnya di Bekasi. 8 April 2015, RPR (17), warga Dusun Medelan Umbul Martani, Ngemplak, Sleman, dibunuh setelah diperkosa tujuh orang secara beramai-ramai.
Dua hari setelah kejadian, mayat korban dibakar oleh pelaku. Satu dari tujuh tersangka merupakan oknum polisi. 22 April 2015, seorang perempuan berinsial BG (14), warga Lampung Timur diperkosa 12 orang pria. Empat pelaku merupakan remaja usia 14 tahun.
26 Mei 2015, LK (14), siswi kelas 2 SMP, warga Lumban Suhi-suhi, Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, diperkosa hingga melahirkan oleh 11 orang petani di desa Lumban Suhi-suhi.
Salah seorang pelaku merupakan kepala sekolah tempat LK bersekolah. Pelaku tersebut mengancam untuk tidak meluluskan LK jika tidak mengikuti kemauan pelaku. 12 Juni 2015, PNF (9), siswi kelas 2 SD Negeri, warga Kalideres, Jakarta Barat.
Diperkosa secara berulang-ulang oleh seorang pelaku yang merupakan tetangga korban. PNF dibunuh dan jasadnya dimasukan ke dalam kardus. Mulut PNF disumpal dengan celana dalam dan sekujur tubuhnya dilakban.
Jasad PNF dibuang di tempat pembuangan sampah, satu kilometer dari tempat tinggalnya.
19 Juli 2016, sepasang kekasih RK (15) dan kekasihnya FT (17), dirampok oleh sejumlah pemuda di kawasan perbukitan Mata Le, Desa Lambaro Kueh, Kecamatan Loknga, Kabupaten Ceh Besar, RK diperkosa secara bergilir oleh tujuh orang pelaku.
21 Agustus 2015, PS (16), warga Cisauk, Kabupaten Tangerang, tewas dengan kondisi mengenaskan setelah diperkosa oleh enam orang di Mikrolet jurusan Slipi, Binus, dan Kebun Jeruk.
14 September 2015, R (16), remaja asal Meranti, Riau tewas setelah sebelumnya diperkosa oleh pacarnya LH (17) bersama empat orang teman pelaku. R dibunuh setelah sebelumnya tidak mau diajak berhubungan intim.
21 Oktober 2015, AAP, siswi di salah atu madrasah di Jakarta Pusat ditemukan tewas mengenaskan setelah dibunuh dan diperkosa oleh Z di areal perhutanan, Desa Pengaur, Jasinga, Bogor.
2 Januari 2016, AJ (14), siswi SMP di Tangerang diperkosa oleh supir mikrolet dan seorang anak SMA yang dikenalnya. Sebelumnya AJ diberikan minuman yang mengandung obat sehingga tak sadarkan diri. AJ ditemukan oleh keluarga dalam kondisi mengalami ketakutan berat dan luka pada salah satu bagian tubuhnya.
16 Feburari 2016, H (14), siswi SMP di Cilegon Indah, Jawa Barat. H diperkosa secara bergilir oleh tujuh orang di Kampung Cilegon Indah. Dua pelaku merupakan ketua dan pengurus RT di tempat tinggal H. Kondisi H saat ini masih mengalami trauma berat.
27 Mei 2016, seorang perempuan berusia tujuh tahun dan masih duduk di kelas 1 SD di daerah Tikala Manadohari mengalamo kejahatan seksual oleh seorang supir angkot. Lorban didampingi neneknya telah melapor ke pihak kepolisian. Oleh Polresta Manado, pelaku sedang dalam pengejaran.
Merespons banyaknya tindakan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait mengatakan, pihaknya telah membentuk sebuah kelompok bernama reaksi cepat tanggap. Kelompok ini yang nantinya akan mengawasi setiap tindakan pelecehan seksual yang ada di daerah-daerah di tanah air.
"Kalau ada anak yang potensial mendapatkan tindak kekerasan, akan cepat ditangani," ujar Arist di Slipi, Jakarta Barat, Jumat (17/6/2016). (Baca: Komnas PA: Mayoritas Remaja Laki-laki Jadi Pelaku "Gengrape")
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.