JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Nasional Perlindungan Anak menyayangkan pernyataan kepolisian yang mempertanyakan alasan Raudiah Elva Ningsih (37) telat melaporkan kasus dugaan kehilangan salah satu bayinya. Menurut Arist, seharusnya polisi tidak menyatakan hal seperti itu dan dapat langsung menindaklanjuti laporan Raudiah.
"Ya sangat menyayangkan, saya harap polisi membantu ibu Raudiah dengan memberikan kesempatan untuk menceritakan pengalamannya dan mengingat lagi kejadiannya," kata Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/6/2016).
Terlebih lagi, lanjut Arist, keluarga Raudiah mendapat ancaman akan dituntut balik oleh pihak rumah sakit jika membawa masalah dugaan kehilangan salah satu bayinya itu ke jalur hukum. Selain itu, keluarga Raudiah juga dijanjikan mediasi oleh pihak rumah sakit.
"Ibu Raudiah juga sudah pernah ke polisi sebelumnya, tapi polisi belum menemukan pasalnya," ujar Arist.
Arist juga menilai substansi kasus ini bukan soal waktu pelaporan, melainkan bagaimana keterangan Raudiah harus direspons kepolisian agar menemukan titik terang.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono mempertanyakan mengapa Raudiah telat melaporkan kasus dugaan hilangnya salah satu bayi kembarnya di Rumah Sakit Harapan Jayakarta (RSHJ). Padahal, menurut Awi, Raudiah telah kehilangan salah satu bayinya sejak sekitar satu bulan yang lalu.
"Kenapa pas melahirkan dia setujui, tapi setelah sebulan baru komplain dan akhirnya lapor?" ujar Awi di Mapolda Metro Jaya, Selasa (21/6/2016).
Awi menjelaskan, saat diminta keterangannya, pihak rumah sakit mengatakan, ada lima dokter yang menangani persalinan Raudiah dan menyatakan bayinya hanya satu. Sementara itu, berdasarkan hasil USG, Raudiah mengaku mengandung bayi kembar. Menurut Awi, polisi memerlukan waktu untuk mendalami kasus ini.
"Cuma yang masih jadi pertanyaan ini setelah sebulan baru lapor? Lalu pihak rumah sakit menyatakan, 'Pak kami tuh operasi bukan hanya satu orang, dokter itu lima orang', disampaikan begitu. Jadi kalau kebohongan ini enggak tahu siapa, makanya kami akan dalami," ucap Awi.