Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungkapan Kecurangan oleh Mantan Relawan dan Bantahan "Teman Ahok"

Kompas.com - 23/06/2016, 10:31 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

Modus data KTP "oplosan"

Paulus membeberkan modus dari "mengoplos" data KTP dukungan Teman Ahok. Modus itu semata-mata untuk mencapai target. Menurut Paulus, data KTP dari PJ belum tentu riil semuanya.

"Ini barter KTP. Contohnya, dari Pinang Ranti sudah mengumpulkan 140 data bulan September 2015. Terus dioper, dibarter ke Kelurahan Kelapa Dua. Naik Go-Jek kek, ketemuan. Kemudian, ditukar lagi bulan berikutnya, ke Sukabumi Selatan dan Jati," kata Paulus.

Setiap PJ, lanjut Paulus, memiliki bawahan lagi. Bawahan itu yang kemudian bertugas mengumpulkan data KTP untuk Teman Ahok. Permainan tersebut biasanya terjadi hingga di level bawahan PJ.

"Kami pasang kaki-kaki. Gimana caranya? Dari Rp 500.000 itu kami cak (bagi-bagi). Mereka kerja sama dengan oknum lainlah. Caranya seperti itu," ungkap Paulus.

Sampai di Posko Pusat Teman Ahok, risiko KTP ganda, menurut dia, cukup besar. Terlebih lagi, lanjut Paulus, verifikasi data KTP ini tidak maksimal.

Dari 140 data KTP, verifikasi dilakukan secara acak dengan menelepon 10 hingga 15 orang. "Begitu diangkat positif, masuk. Padahal sisanya belum tentu benar," sambung Paulus.

Tak mengaku curang

Penasaran dengan cerita dari tiap-tiap mantan PJ posko, Kompas.com mendatangi satu per satu pemberi testimoni.

Paulus misalnya. Saat ditanya mengenai pernah tidaknya melakukan "pengoplosan" data KTP, Paulus mengaku tidak pernah.

"Kalau saya pribadi, enggak ya. Omongan-omongan di bawah," kata Paulus.

Menurut pegawai swasta itu, "pengoplosan" KTP diketahui setelah masa kontraknya habis. Informasi itu diketahui dari kaki-kaki atau bawahan Paulus.

"Semua informasi diketahui setelah selesai. Saya kan bulan Mei. Gue kan taunya riil. Tapi kan punya kaki-kaki di bawah. 'Lo tau enggak, Bang? Itu (data) KTP bodong. Orang gue tiga kali nyetor. Lo kena gak Bang? Lolos, ya udah, selamet," ungkap Paulus.

Sementara itu, Nurun juga enggan mengaku ikut melakukan praktik kecurangan. Menurut Nurun, praktik itu dilakukan oleh teman-temannya.

"Kalau saya enggak lakuin itu. Temen-temen yang lakuin," ungkap Nurun.

Demikian juga dengan Dhella Noviyanti. Wanita yang merupakan anak dari Richard Sukarno itu mengaku tidak melakukan praktik curang.

Menurut Dhella, pengumpulan data KTP dilakukan oleh Richard. Ia mengaku hanya pernah ditegur lewat pesan singkat dari Teman Ahok di tingkat pusat karena ada data KTP ganda.

"Kalau misalnya ada yang ganda di-SMS," kata Dhella.

(Baca juga: Ini Modus Pemalsuan KTP yang Ditemukan "Teman Ahok")

Dody pun awalnya demikian. Saat ditanya, Dody tampak ragu. Ia pun mengaku tak pernah barter.

"Kalau barter KTP, enggak barter. Intinya kami cari KTP, tetapi teman-teman yang lain kan juga cari KTP. Setelah saya kasih teman-teman lain KTP dan saya juga minta. Ternyata KTP itu sudah disetor ke sana," kata Dody.

Halaman:


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com