Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diminta Tidak Berpolitik karena Terima APBD DKI, Forum RT RW Sebut Ahok Arogan

Kompas.com - 05/08/2016, 10:02 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekjen Forum RT RW DKI Jakarta Lukmanul Hakim menyebut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama arogan karena menyarankan mereka mundur. Basuki menyarankan ketua RT RW yang berpolitik mengundurkan diri karena mereka bekerja menerima dana APBD.

Sekjen Forum RT RW DKI Jakarta Lukmanul Hakim mengatakan, ia dan segenap pengurus RT dan RW yang tergabung di forum itu memiliki hak untuk memberikan pencerahan kepada warganya.

"Kalau disuruh mundur karena menerima APBD DKI Jakarta kami anggap arahnya adalah sebuah tindakan yang menekan dan memaksakan kehendak secara arogan."

"Semakin kelihatan tindakan seorang gubernur yang memang jiwa pengayoman ndak ada sama sekali," ujar Lukman saat dihubungi Kompas.com, Jumat (5/8/2016).

Lukman mengingatkan Ahok bahwa pimpinan harus memiliki sifat mengayomi. Ia berargumen bahwa Ketua RT dan RW memiliki hak dan kewajiban untuk berpartisipasi aktif dalam mengembangkan multiperspektif ideologi, politik, dan sosial.

"Setiap RT dan RW harus mengingatkan kepada warga DKI Jakarta untuk menjadi pemilih yang cerdas, jangan hanya mau diarahkan untuk membelenggu proses berfikir dan harus berkreativitas," ujarnya.

Meski begitu, Lukman mengakui belum menerima laporan dari lingkungannya atau warga lain soal adanya tekanan untuk mendukung calon tertentu.

Ia menganggap adalah hal yang baik jika ketua lingkungan menyampaikan kepada warganya sejumlah kritik terhadap petahana. Kekurangan pemerintahlah yang mendorong mereka untuk tidak hanya memikirkan lingkungan, namun politik kepemimpinan.

"Harusnya ini menjadi kilas balik yang positif bagi pemimpin dalam evaluasi kerjanya selama ini. Bagi kami, untuk proaktif memikirkan kemajuan Jakarta ke depan, harus menemukan dan mencari figur pemimpin," ujarnya.

Sebelumnya, Ahok (panggilan Basuki) menyebut tidak pantas Ketua RT dan RW mengumpulkan 3 juta KTP untuk menolak gubernur arogan.

Ahok mengingatkan, jabatan RT dan RW yang melekat pada mereka membuat tindakan itu tidak etis karena sudah politis.

"Kalau secara RT dan RW, berarti mereka sudah bermain politik. Harusnya mereka berhenti jadi RT dan RW karena RT dan RW itu enggak boleh berpolitik," kata Ahok di Balai Kota, Rabu (3/8/2016).

Ahok mengatakan, para ketua RT dan RW tidak boleh berpolitik karena mereka menerima dana APBD DKI. Jika ingin berpolitik, mereka tidak boleh menjadi ketua RT dan RW.

Kompas TV Qlue, Solusi Atau Masalah? (Bag 1)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com