Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Penjemput dan Kemalasan untuk Berjalan Kaki

Kompas.com - 22/08/2016, 06:04 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Stasiun Depok di Depok, Jawa Barat adalah salah satu stasiun yang masuk dalam kategori stasiun tersibuk dalam layanan kereta rel listrik (KRL) commuter line. Ada ratusan ribu pengguna KRL commuter line yang setiap harinya berangkat maupun datang melalui stasiun ini.

Dalam pola perjalanan KRL, Stasiun Depok masuk dalam rute perjalanan relasi Bogor. Data dari PT KAI Commuter Jabodetabek (operator KRL) menyebutkan, jumlah pemberangkatan untuk relasi Bogor setiap harinya mencapai 212 pemberangkatan, 41 di antaranya merupakan pemberangkatan awal dari Stasiun Depok.

Stasiun Depok sendiri berlokasi di Jalan RA Kartini, Depok. Namun, lokasinya tidak tepat berada di samping jalan raya. Ada jalan akses masuk sekitar 200 meter yang menjadi penghubung antara stasiun dan Jalan RA Kartini. Lebarnya sekitar 4 meter.

Banyaknya penumpang KRL yang berangkat dari Stasiun Depok menyebabkan jalan akses penghubung ini menjadi sangat padat oleh manusia, baik oleh mereka yang berjalan kaki maupun pengguna sepeda motor yang hendak memarkirkan kendaraannya itu di kantong-kantong parkir yang ada di sekitar stasiun.

Pantauan Kompas.com, kepadatan jalan akses Stasiun Depok kerap terjadi pada kurun waktu pukul 06.00-09.00 WIB (jam berangkat kerja) maupun pukul 18.00-21.00 WIB (jam pulang kerja). Meski sudah padat, ada satu fenomena tak biasa, bahkan cenderung mengganggu yang selalu terjadi di jalan akses Stasiun Depok, yakni adanya lalu lalang mobil, baik yang ingin mengantar maupun menjemput penumpang KRL yang hendak berangkat maupun tiba di Stasiun Depok.

Mobil-mobil itu bisa dipastikan merupakan kendaraan pengantar ataupun penjemput disebabkan Stasiun Depok tak memiliki lahan parkir mobil untuk pengguna KRL yang hendak memarkirkan mobilnya, seperti yang ada di banyak stasiun.

Kondisi jalan akses yang sempit, ditambah dengan kepadatan manusia membuat mobil sebenarnya tak cukup leluasa untuk bergerak. Meski demikian, tetap saja ada pengendara yang memaksakan untuk masuk demi mengantar hingga depan pintu stasiun.

Kompas.com sempat menanyakan beberapa pengguna KRL yang dijemput maupun diantar menggunakan mobil di Stasiun Depok. Yang ditanyakan terkait kenapa mobil yang mereka tumpangi tetap masuk hingga ke depan pintu masuk stasiun, walaupun harus melewati kepadatan manusia di jalan akses.

Malas jalan kaki

Kebanyakan dari mereka memiliki alasan yang sama, yakni keengganan untuk berjalan kaki.

"Malas jalan, terlalu banyak orang," ujar Tuti (43), yang mengaku selalu disopiri oleh anaknya.

Hal serupa juga dilontarkan Ruslan (38). Ia mengaku yang meminta sopir mobil untuk masuk mengantar hingga ke depan pintu stasiun. Alasannya, karena  jarak antara jalan raya dan stasiun yang dinilainya jauh.

"Jauh kan itu harus jalan dari depan," ujar pria yang disopiri oleh sopir pribadinya ini.

Sementara itu, Nano (47) mengaku enggan berjalan kaki disebabkan tak kuat dengan polusi udara.

"Asap motor tuh coba lihat," kata dia.

Keberadaan mobil-mobil pengantar maupun penjemput menjadi keluhan sendiri di kalangan penumpang KRL yang berangkat dari Stasiun Depok. Karena keberadaannya kerap kali menyebabkan kemacetan di jalan akses stasiun, apalagi jika ada dua mobil yang bertemu dari arah yang berlawanan.

Kompas.com cukup sering mengamati keluhan warga terhadap adanya mobil pengantar yang lewat di jalan akses Stasiun Depok saat jam-jam padat.

"Kenapa enggak nganter sampai pinggir jalan saja," begitulah kira-kira keluhan yang kerap dilontarkan warga saat ada mobil yang terjebak di tengah kepadatan manusia di jalan akses stasiun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[Populer Megapolitan] Tanjung Priok Macet Total | Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol

[Populer Megapolitan] Tanjung Priok Macet Total | Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol

Megapolitan
Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Megapolitan
PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

Megapolitan
Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Megapolitan
Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Megapolitan
Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Megapolitan
Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Megapolitan
Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Megapolitan
KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Megapolitan
Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Megapolitan
3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

Megapolitan
Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com