Belum jaminan
Kali Baru Timur pun mengalir hingga Jalan Paseban, Jalan Murtado, Senen, Jakarta Pusat. Di kawasan ini, rumah warga lebih banyak menghadap ke kali. Kali menjadi halaman muka rumah dibatasi jalan yang bisa dilewati satu mobil. Kali yang dulu saluran irigasi buatan Belanda itu masih bersih dan terawat. Dinding kali dilapisi beronjong batu kali. Terlihat batu-batu kali dan pasir di dasar kali.
Bagi yang punya rumah menghadap ke kali, ada rasa malu membuang kantong berisi sampah ke sungai. Sampah yang masuk ke kali sebagian besar daun kering dan limbah organik. Ini ternyata tidak sepenuhnya jadi jaminan warga tak buang limbah ke kali. Sesekali, limbah plastik dan styrofoam masih terlihat di badan kali. Setiap hari, sampah itu dipunguti dan dibersihkan petugas penanganan prasarana dan sarana umum.
Rumah Boni Mariyuna (39) salah satunya yang menghadap kali. Rumah berbahan semipermanen itu berada di RT 006 RW 008, Kelurahan Senen. Menurut Boni, sejak awal rumah-rumah warga di pinggir kali itu menghadap ke kali.
Boni sendiri menyebut Kali Baru Timur sebagai Kali Sentiong. Ia tidak terlalu paham dari mana hulu kali tersebut. Selokan timur (Kali Baru Timur) itu lebih mirip saluran penghubung daripada kali.
”Dulu sih di sini jalan setapak. Ada banyak pohon angsana di tepi kali. Kalau banjir, banyak anak-anak kecil berenang di sini,” ungkap Boni, Rabu (10/8).
Menurut Boni, meski menghadap ke kali, saluran pembuangan di sebagian besar rumah masih masuk ke kali. Air kali tidak pernah jadi sumber air bersih. Warga mencukupi kebutuhan air untuk mandi, cuci, dan kakus dari sumur. Untuk memasak dan minum, warga membeli air galon atau air yang dijual pikulan.
Begitulah nasib sungai di Ibu Kota. Meski mulai ada pembenahan, bagi warga, sungai masih saja sekadar tempat sampah dan limbah.
(Saiful Rijal Yunus/ Dian Dewi Purnamasari/ Mukhamad Kurniawan)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 September 2016, di halaman 28 dengan judul "Kali Baru-ku, Kaliku yang Bau...".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.