Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangis Aliya Tak Lagi Terdengar di Gang Sempit Itu

Kompas.com - 07/10/2016, 19:00 WIB

Tangis Aliya (4), anak perempuan pasangan Rini (32) dan Supratno (35), tak lagi terdengar di dalam gang sempit dan gelap di Jalan Krendang Tengah I RT 007 RW 002, Tambora, Jakarta Barat. Kamar kontrakan bernomor 3 yang disewa pasangan itu terlihat sepi. Aliya dibawa ke Panti Asuhan Balita Tunas Bangsa, Cipayung, setelah ditelantarkan dan dianiaya ibunya sendiri.

Kontrakan itu memiliki anak tangga kayu kecil untuk mencapai sepetak kamar yang disewa Supratno. Tak ada kasur, tak ada perabotan. Hanya ada lantai tripleks berlapis karpet plastik, sebuah bantal, kalender dinding, lampu gantung, dan tas berwarna hitam yang digantung di dinding.

Sebelumnya, di kamar kontrakan itu, Aliya tinggal bersama ayah, adik yang berusia 1,5 tahun, dan ibunya.

"Aliya sering menangis keras dan mengamuk kalau ditinggal ibunya. Mungkin dia lapar atau suntuk berada di dalam kamar," ujar Desi (27), tetangga yang berjarak 5 meter dari rumah kontrakan itu.

Sebulan lalu, Desi terpukul melihat Aliya menangis histeris di kamar kontrakan. Bocah tunanetra itu ditinggal sendirian oleh ibunya. Sementara bapaknya sedang bekerja sebagai kuli angkut di Pasar Jembatan Lima, Jakarta Barat.

Desi lalu mendekati anak berbadan kurus dan berambut jarang itu. Selangkangan si bocah memerah karena popok tak pernah diganti. Ia lalu menggendong anak itu dan membawa ke Puskesmas Tambora.

Di puskesmas, Aliya diberi susu. Dokter mengatakan, anak balita itu kekurangan gizi. Itulah yang menyebabkan badannya kurus kering dan kakinya kecil. Meski sudah berumur 4 tahun, Aliya belum bisa berjalan. Dia hanya bisa merangkak.

"Dokter bilang, 'Tolong buatkan anak ini kartu BPJS Kesehatan untuk dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo'. Namun, kami kesulitan karena KTP kedua orangtuanya masih daerah," tutur Desi.

Menurut penuturan tetangga, Aliya kerap dibentak-bentak oleh ibunya. Saat ibunya keluar rumah, Aliya kerap ditinggal sendirian. Jika merasa lapar atau tidak nyaman, Aliya akan menangis histeris sambil memukul-mukul lantai tripleks.

Jumat pekan lalu, Rini merasa jengkel karena keluarga suaminya dari Pemalang yang akan menjemput Aliya tak kunjung datang. Padahal, ia ingin segera pergi menemui teman laki-lakinya. Suaminya pun tak juga datang. Kemarahan itu lalu ia lampiaskan dengan mencekik leher anaknya. Beruntung, ada tetangga kontrakan yang melihat dan menolong Aliya.

"Dia (Rini) itu dari dulu gengsi. Enggak terima punya anak seperti Aliya," ujar Supratno sambil menerawang jauh.

Supratno mengakui bahwa rumah tangganya dengan Rini sudah tidak harmonis. Rini memiliki laki-laki lain. Istrinya juga enggan merawat Aliya yang masih balita dan berkebutuhan khusus. Setelah ketahuan menganiaya anaknya, Rini pun kabur bersama adik Aliya.

Setelah istrinya kabur, Supratno tak bisa bekerja karena harus merawat Aliya. Sehari-hari, ayah tiga anak itu menjadi buruh kasar di Pasar Jembatan Lima. Terkadang, ia membantu mengangkut barang. Sesekali ia juga memulung sampah. Upahnya tidak menentu, Rp 60.000-Rp 70.000 per hari.

Kesulitan ekonomi membuat Supratno menghadapi dilema harus mengurus anaknya yang kini ditinggal kabur ibunya atau bekerja mencari nafkah. Ia terpaksa menitipkan Aliya ke panti sosial, dengan dibantu oleh tetangga sekitarnya. Adapun anak pertama Supratno diasuh keluarga besarnya di kampung.

"Nanti, sebulan sekali, saya mau jenguk Aliya. Saya kepingin dia bisa tumbuh seperti anak- anak lain," ujar Supratno.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com