Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hikayat Secangkir Teh dan Jubah Pangeran

Kompas.com - 24/10/2016, 17:00 WIB

"Baru sekitar 1918 sumber air baru dialirkan dari Ciomas, Bogor. Pembangunannya selesai pada 1922, lalu sumur bor dibongkar," katanya.

Jayakarta

Cerita tentang sumur tua di Jakarta juga berkaitan dengan Pangeran Jayakarta. Pada Mei 1619, pasukan Pangeran Jayakarta dikepung pasukan Belanda yang dipimpin Jan Pieterszoon Coen. Pangeran Jayakarta terdesak karena dikepung dari arah Senen, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Tanjung Priok.

Jayakarta akhirnya mengelabui tentara kompeni dengan melepas jubah dan sorbannya yang dibuang ke sumur di Mangga Dua. Belanda lalu mengira Pangeran Jayakarta tewas setelah menembaki jubah dan sorban yang ada di dalam sumur.

Hingga saat ini, lokasi tersebut dikenal sebagai petilasan keramat Pangeran Jayakarta. Lokasi sumur hanya berjarak 1 meter dari petilasan (Kompas, 30 Maret 2007).

Lima abad setelahnya, 2016, sumur sedalam 5 meter itu masih mengeluarkan air. Airnya agak keruh dan sedikit kekuningan. Warga sekitar, terutama keluarga pengurus petilasan Pangeran Jayakarta, masih menggunakan air itu untuk mandi, cuci, dan kakus. Meski kemarau panjang, sumur tak pernah kering.

"Mau kemarau seperti apa pun, sumur tetap ada airnya. Sekarang, kami gunakan airnya hanya untuk cuci-cuci. Terkadang, tetangga lain ikut mengambil air di sini," ujar Kurniati (62), penjaga petilasan Pangeran Jayakarta, Kamis (20/10).

Kurniati menuturkan, sekitar tahun 1970-an, lokasi sumur berada di tengah-tengah pabrik kulit dan besi. Di belakang pabrik itu ada aliran anak Kali Ciliwung yang mengalir. Di bantaran kali ada pohon mangga, dadap, dan tebu. Tepat di depan petilasan yang juga dipercaya sebagai makam Pangeran Jayakarta ada pohon beringin besar.

Kini, lokasi itu sudah dipadati permukiman penduduk. Sementara untuk sampai di lokasi petilasan yang menyatu dengan masjid itu harus melewati lorong gang sempit sekitar 1,5 meter. Petilasan diimpit bangunan beton di sisi kiri dan kanan. Dulu, sumur rata dengan tanah dan dipagari bambu di sekelilingnya.

Ayah Kurniati, yang bekerja sebagai juru kunci dan perawat petilasan, lalu memasang ring beton dan melapisi bagian luar beton dengan keramik biru. Ada ember kecil dikaitkan dengan tali tambang untuk menimba air. "Lumpur sumur pernah juga pernah dikeruk," kata Kurniati.

Karena dipercaya sebagai tempat keramat, banyak peziarah datang ke lokasi itu untuk berdoa dan ziarah. Sebelum tirakat, banyak pengunjung yang memilih mandi dan menyucikan diri dengan air sumur tua.

Untuk segala keperluan

Di Museum Sejarah Jakarta, ada sumur tua di dalam kompleks bekas kantor Gubernur Jenderal Batavia. Menurut catatan museum, sumur itu sudah ada sejak tahun 1707 atau seusia dengan bangunan di Kota Tua.

Pemandu wisata Museum Sejarah Jakarta, Amat Kusaini (41), mengatakan, air sumur diduga digunakan untuk proyek pembangunan gedung kantor gubernur dan penjara.

Hingga saat ini sumur-sumur masih digunakan oleh warga Jakarta. Sumur bor malah menjadi tumpuan sebagian besar perusahaan untuk memenuhi kebutuhan. Dari dulu hingga kini, saat air bersih perpipaan tak juga mampu memenuhi kebutuhan penghuni kota, kisah pertalian antara warga Ibu Kota dan sumur tidak akan pernah usai.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Oktober 2016, di halaman 28 dengan judul "SUMUR TUA JAKARTAHikayat Secangkir Teh dan Jubah Pangeran".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gali Tutup Lubang, Pemilik WO Tipu 7 Calon Pengantin di Bogor

Gali Tutup Lubang, Pemilik WO Tipu 7 Calon Pengantin di Bogor

Megapolitan
Penerima KJP yang Tersandung PPDB di Jakarta, Kini Bersekolah di Negeri Hanya Tinggal Angan

Penerima KJP yang Tersandung PPDB di Jakarta, Kini Bersekolah di Negeri Hanya Tinggal Angan

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 2 Juli 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 2 Juli 2024

Megapolitan
Polisi Tetapkan Pemilik WO yang Tipu 7 Calon Pengantin di Bogor sebagai Tersangka

Polisi Tetapkan Pemilik WO yang Tipu 7 Calon Pengantin di Bogor sebagai Tersangka

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta Hari Ini 2 Juli 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta Hari Ini 2 Juli 2024

Megapolitan
Rekapitulasi Ulang Hasil Pileg DPRD di 233 TPS Cilincing, Suara Parpol Berubah Signifikan

Rekapitulasi Ulang Hasil Pileg DPRD di 233 TPS Cilincing, Suara Parpol Berubah Signifikan

Megapolitan
2 Kurir Sabu di Ciledug Manfaatkan Momen HUT Bhayangkara untuk Edarkan Narkoba di Jabodetabek

2 Kurir Sabu di Ciledug Manfaatkan Momen HUT Bhayangkara untuk Edarkan Narkoba di Jabodetabek

Megapolitan
Polisi Amankan Dua Pengedar yang Simpan Sabu dalam 72 Bungkus Teh Cina di Ciledug

Polisi Amankan Dua Pengedar yang Simpan Sabu dalam 72 Bungkus Teh Cina di Ciledug

Megapolitan
Munculnya Nama Heru Budi dalam Bursa Cagub Jakarta Pilkada 2024...

Munculnya Nama Heru Budi dalam Bursa Cagub Jakarta Pilkada 2024...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 2 Juli 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 2 Juli 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Rencana Pembatasan Usia Kendaraan 10 Tahun di Jakarta Untuk Siapa? | Bocah di Depok Tertabrak di Tol Cijago Saat Berkeliaran

[POPULER JABODETABEK] Rencana Pembatasan Usia Kendaraan 10 Tahun di Jakarta Untuk Siapa? | Bocah di Depok Tertabrak di Tol Cijago Saat Berkeliaran

Megapolitan
Suami yang Bunuh Istrinya di Pulogadung Bekerja Sebagai Pegawai KAI

Suami yang Bunuh Istrinya di Pulogadung Bekerja Sebagai Pegawai KAI

Megapolitan
Pengemudi Ojol Sempat Dibuntuti Preman Usai Ambil Paket Misterius Berisi Sabu di Cengkareng

Pengemudi Ojol Sempat Dibuntuti Preman Usai Ambil Paket Misterius Berisi Sabu di Cengkareng

Megapolitan
Duduk Perkara Kasus Suami Bakar Istri di Tangerang, Bermula dari Persoalan Kunci Rumah

Duduk Perkara Kasus Suami Bakar Istri di Tangerang, Bermula dari Persoalan Kunci Rumah

Megapolitan
Pemprov DKI Bentuk Tim Khusus untuk Urus WNA Pengungsi di Depan Kantor UNHCR

Pemprov DKI Bentuk Tim Khusus untuk Urus WNA Pengungsi di Depan Kantor UNHCR

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com