Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNN Usut Transaksi Pencucian Uang Senilai Rp 3,6 Triliun

Kompas.com - 26/10/2016, 16:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Badan Narkotika Nasional mengungkap transaksi pencucian uang senilai Rp 3,6 triliun dari jaringan narapidana Pony Tjandra. Sebagian uang hasil penjualan narkoba selama satu tahun itu dilarikan ke 11 negara. Petugas menelusuri dugaan oknum perbankan terlibat dalam kasus ini.

Sebelumnya, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pada April lalu menemukan transaksi mencurigakan dalam kurun 2014-2015. Atas perintah Presiden, Badan Narkotika Nasional (BNN) ditugaskan mengungkap transaksi itu.

Empat tersangka ditangkap BNN pada 17 Oktober, yakni RW (46) dan JT (42) yang ditangkap di Pluit, Jakarta. Sementara Rus dan ET ditangkap di Batam.

Dari penangkapan RW dan JT, BNN mengamankan uang tunai rupiah dan 14 jenis mata uang asing dengan nilai lebih dari Rp 5 miliar. Petugas juga menyita 5 unit apartemen, 2 ruko, 1 pabrik, 2 mobil, 6 polis asuransi, dan 40 kartu ATM. Total bernilai Rp 16,6 miliar.

Sementara dari penangkapan Rus dan ET diperoleh uang dan aset usaha penukaran uang asing senilai Rp 6,4 miliar.

Menurut Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso di Jakarta, Selasa (25/10/2016), pengungkapan kasus ini sempat terhambat karena RW dan JT disebut di media massa. Keduanya lantas tak terlacak karena tidak menggunakan telepon seluler dan berpindah-pindah tempat.

"Berkat kejelian penyidik kami, keduanya dapat ditangkap di tempat tinggal mereka di Pluit. Dari rumah kedua tersangka diperoleh uang rupiah dan mata uang asing yang digunakan untuk transaksi narkoba," katanya.

Adapun Pony Tjandra tersangkut kasus penyelundupan narkoba dan divonis 20 tahun pada 2006. Pony kini ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Pada Oktober 2014, Pony terbukti mengendalikan peredaran narkoba senilai Rp 600 miliar dari sel.

Pembayaran barang impor

Tersangka RW bertugas menghimpun uang untuk membayar transaksi narkoba yang dikendalikan Pony. Uang itu ditransfer JT ke sejumlah bandar narkoba di 11 negara, yakni Tiongkok, Hongkong, Taiwan, Singapura, Amerika, Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Filipina, dan Thailand.

Untuk transfer ke 11 negara itu, RW dan JT menggunakan bukti pembayaran barang impor. Atas persetujuan bank, uang dalam jumlah besar dapat ditransfer ke luar negeri.

Dari penyelidikan sementara, ada dugaan keterlibatan pihak perbankan karena transfer itu tak dilengkapi dokumen impor.

"Yang ada hanya bukti pembayaran. Dari data Bea dan Cukai pun tak ditemukan ada barang impor terkait transaksi yang dilakukan RW dan JT," ujar Budi.

Lewat bisnis penukaran mata uang asing, Rus dan ET juga membantu Pony mentransfer uang ke sejumlah bandar di luar negeri. Total transaksi mencapai Rp 6,4 miliar.

Deputi Pemberantasan BNN Inspektur Jenderal Arman Depari mengatakan, penyidik BNN mengembangkan penyidikan pada bisnis judi dalam jaringan dengan nilai transaksi Rp 900 miliar. Bisnis itu juga bagian dari pencucian uang Pony. (MDN)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Oktober 2016, di halaman 15 dengan judul "BNN Usut Cuci Uang".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com