Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Dana Operasional Jadi Kendala Pengukuran Lahan untuk Proyek MRT...

Kompas.com - 08/11/2016, 09:05 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengukuran yang tidak jelas dan transparan menjadi salah satu keluhan para pemilik bidang yang terkena pembebasan lahan untuk proyek mass rapid transit (MRT).

Mereka meminta pengukuran ulang dilakukan dengan benar. Sementara itu, pembebasan lahan prioritas proyek MRT ditargetkan selesai pada akhir tahun ini.

Menurut Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jakarta Selatan Alen Saputra, kendala terkait pembebasan lahan ini bersumber dari masalah biaya operasional.

"Uang operasionalnya belum cair, kasihan orang kerja rodi, sudah enggak zamannya. Itu namanya saya zalim kalau menyuruh orang (pegawai BPN), itu kenapa saya tidak mau maksa teman-teman," kata Alen kepada puluhan pemilik bidang di Kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Senin (8/11/2016).

(Baca juga: Warga Mengeluh Pengukuran dan Pembayaran Lahan MRT Tidak Transparan)

Alen mengatakan, seharusnya ada anggaran untuk operasional pegawai BPN yang melakukan pengukuran.

Dalam pembebasan lahan untuk proyek MRT, BPN Jakarta Selatan ditunjuk sebagai panitia pengadaan tanah (P2T).

Sebelumnya, Pemkot Jaksel yang ditunjuk sebagai P2T. Namun, tanggung jawab itu diserahkan kepada BPN karena ada dispute atau perselisihan.

Menurut Alen, dinas-dinas yang kini menerima anggaran dari APBD, yaitu Dinas Bina Marga dan Dinas Perhubungan dan Transportasi, harusnya menganggarkan sebagian uang yang mereka terima untuk operasional BPN.

"Operasional untuk petugas saya belum turun, dari mereka dong yang butuh tanah. Masa kami yang harus inventarisasi masa uangnya dari kami juga. Silakan tanya ada duitnya enggak," kata Alen.

Ia juga membantah tudingan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang mengatakan ada pejabat yang menghambat pembebasan lahan.

Menurut Basuki, anggaran untuk pembebasan sudah cukup, tetapi pembebasan lahan tidak juga selesai sejak 2009.

Sementara itu, menurut Alen, jika memang ada yang menghambat, hambatan itu bukan dari pihaknya.

"Ada uang harian, itu dari awal sampai sekarang, tanya ke mereka sudah ditanya belum, pihak BPN yang kerja sampai hari ini (sudah dibayar)?" ujar Alen.

Ia mengatakan, setidaknya ada 15 pegawai dari BPN yang akan melakukan pengukuran ulang. Pihaknya baru melakukan pengukuran apabila telah menerima uang operasional.

BPN juga akan mengundang pemilik bidang terkait pengukuran ini. Selama ini, pemilik bidang tak pernah mengetahui pengukuran yang dilakukan.

Alen berharap, lahan prioritas untuk pembangunan stasiun MRT bisa dibayarkan pada akhir 2016.

(Baca juga: "Saya Siap Dicap sebagai Pengganggu Proyek MRT")

Di lain pihak, Kepala Dinas Bina Marga Yusmada Faizal mengatakan, pihaknya sudah menerima uang dari APBD Perubahan 2016.

Yusmada mengatakan, pihaknya hanya bertanggung jawab membayarkan uang ke pemilik bidang setelah administrasi ganti rugi selesai dilakukan.

Kompas TV Kemajuan Pembangunan Konstruksi MRT Tahap 1

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com