Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bermodal Rp 10.000, Pendukung Ahok Semangat Biayai Kampanye

Kompas.com - 29/11/2016, 17:33 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah uang patungan warga yang ingin membantu membiayai kampanye pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat beragam. Tidak hanya patungan dalam jumlah besar, melainkan juga dalam nominal kecil seperti Rp 10.000.

Ada peraturan yang harus dipenuhi bagi warga yang ingin ikut patungan. Warga harus mengisi sebuah formulir yang dikeluarkan oleh KPU. Selain itu, warga harus menyertakan KTP dan NPWP.

Tim komunikasi kampanye rakyat Ahok-Djarot, Iwet Ramadhan, mengatakan inilah yang sering menjadi masalah. Banyak warga yang bingung karena tidak memiliki NPWP. Iwet menceritakan tentang pembantu yang ingin menyumbang tetapi tidak punya NPWP.

"Ada juga pembantu, dia bilang 'saya itu mau banget nyumbang buat Pak Ahok, boleh enggak saya titip', yang semacam itu banyak sekali," ujar Iwet kepada Kompas.com, Selasa (29/11/2016).

Tadi pagi, ada juga sekelompok ibu-ibu yang ingin menyumbang dengan uang cash. Namun, ditolak karena tidak boleh cash dan harus ada NPWP. Iwet mengatakan akhirnya ibu-ibu itu menggabungkan uangnya dan menggunakan satu rekening saja.

"Tadi pagi ada sekelompok ibu-ibu yang patungan karena enggak punya NPWP. 'Eh gue enggak punya NPWP nih,' 'Yaudah pakai NPWP suami gue aja,' 'Yaudah gue kasih cash ke lo ya,'," ujar Iwet menirukan percakapan ibu-ibu itu.

"Jadi kita arahkan, kalau enggak punya NPWP ya bareng-bareng ya, bergabung," ujar Iwet. (Baca: Ahok-Djarot Ingin Galang Dana Kampanye di Kampung-kampung)

Ciptakan partisipasi masyarakat

Iwet mengatakan semua ini demi mewujudkan sistem penggalangan dana yang BTP, yaitu bersih, transparan, dan partisipatif. Poin terakhir tentang partisipatif adalah hal yang paling penting.

Iwet mengatakan sebenarnya sangat mudah jika Ahok ingin mendapatkan uang kampanye hingga puluhan miliar. Banyak donatur yang akan langsung memberikannya.

"Tapi dia enggak mau menempuh itu, dia maunya rakyat partisipatif, ini yang paling susah," ujar Iwet.

"Orang bisa sampai mengorbankan uang makannya, kalau orang kecil kan pasti mentingin makan sendiri dulu dong. Nah ini, biar Rp 10.000 enggak apa-apa deh yang penting saya bantuin Bapak Ahok," tambah Iwet. (Baca: KPU DKI Perbolehkan Ahok Cari Dana Kampanye dari Makan Berbayar)

Adapun, untuk sumbangan perseorangan ditentukan sebesar Rp 10.000 sampai Rp 75 juta. Iwet kembali menceritakan tentang seorang ibu yang terbengong-bengong ketika diminta KTP dan NPWP saat mau menyumbang di Rumah Lembang, tadi pagi.

Ibu tersebut ingin patungan membiayai kampanye Ahok tetapi tidak punya NPWP. Di meja penggalangan dana, ada seorang pria yang juga ingin menyumbang dan memiliki NPWP. Akhirnya, pria tersebut membantu si ibu dalam menyalurkan uang sumbangannya.

"Kan kita tanya, Bapak bersedia enggak uangnya digabung sama Ibu ini? kata dia oh enggak masalah, yang penting uangnya bisa sampai ke Bapak Ahok," ujar Iwet.

"Itulah, walaupun tidak kenal, akhirnya di kampanye rakyat ini semua jadi bersatu karena punya satu tujuan," tambah Iwet.

Iwet mengatakan sampai saat ini besar uang patungan yang berhasil dikumpulkan sudah mencapai Rp 20 miliar. Uang tersebut bukan didapat di Rumah Lembang saja melainkan juga dari acara penggalangan dana lain seperti gala dinner atau nonton bareng.

Kompas TV Makan Malam Berbayar Bersama Ahok-Djarot
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com