Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penumpang soal Kapal Zahro Express yang Berkarat

Kompas.com - 02/01/2017, 09:53 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kapal penumpang Zahro Express yang terbakar saat mengangkut ratusan penumpang menuju Pulau Tidung, Minggu (1/1/2017), merupakan kapal yang sering melayani perjalanan wisatawan ke area sekitar Kepulauan Seribu.

Namun, kondisi kapal ternyata tidak sebaik yang diperkirakan meskipun nakhoda telah mendapatkan surat izin berlayar.

Ardita (26) menceritakan pengalamannya saat bepergian ke Pulau Tidung dengan Zahro Express pada 24 Desember 2016 lalu.

Ia memilih kapal ini berdasarkan rekomendasi salah satu pemandu wisata di Pulau Tidung.

"Kalau ke Kepulauan Seribu biasanya selalu naik (kapal) yang ekonomi yang harganya sekitar Rp 45.000. Kemarin kebetulan bawa rombongan keluarga besar, dari nenek sampai cicit, jadi naik Zahro yang katanya eksekutif pakai AC. Biar mereka nyaman," kata Ardita kepada Kompas.com, Senin (2/1/2017) pagi.

(Baca juga: Nakhoda dan ABK Zahro Express Terancam Sanksi Pencabutan Lisensi)

Saat menggunakan Zahro Express pada 24 Desember itu, Ardita melihat penumpang sangat ramai.

Hal yang membedakan KM Zahro Express dengan kapal-kapal lain adalah jumlah tempat duduk yang cukup banyak, mulai dari dek bawah hingga dek atas kapal.

Bagian dek bawah kapal dilengkapi fasilitas AC secara penuh. Ruangan di dek bawah pun tertutup.

Hanya bagian di pinggir kapal yang terbuka, sedangkan di dek atas hanya satu ruangan yang ber-AC.

Selebihnya adalah tempat duduk biasa di bagian luar yang beratap. Saat naik kapal tersebut, karena penumpang terlalu ramai, Ardita cuma bisa berdiri di pinggir kapal dekat dek bawah.

Saat berada di sana, Ardita menemukan sesuatu pada bagian kapal.

"Waktu itu kebetulan angin kencang dan ombak tinggi. Kebetulan saya datang kesiangan, jadi enggak dapat kursi di dek atas atau bawah. Saya duduk di pinggir kapal. Itu pegangannya sudah koyak karena besi bawahnya karatan. Kalau nyender di sana bisa patah besinya, dan kecebur," tutur Ardita.

Terkait tiket, Ardita beserta rombongan dikenakan harga Rp 79.000 per orang. Harga ini terhitung lebih mahal dari tarif kapal-kapal lain karena Zahro Express memiliki fasilitas AC.

Bicara lebih lanjut soal penjualan tiket, menurut Ardita, tidak semua penumpang menerima tiket meski telah membayar.

Biasanya, yang pasti mendapat tiket adalah kepala rombongan atau seseorang yang dipercaya mengurus satu rombongan dalam kapal tersebut.

Halaman:


Terkini Lainnya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com