Selain untuk melestarikan tradisi dan kebudayaan, perayaan Imlek juga kerap menjadi kesempatan bagi keluarga besar Tionghoa untuk berkumpul, sekalipun di antara mereka tak semuanya masih menganut ajaran Budha.
Cerita lebih lugas datang antara lain dari Deliusno, wartawan yang juga keturunan Tionghoa. Banyak hal dalam rangkaian perayaan Imlek tak lagi dia pahami latar belakang dan maksud keberadaannya.
"Kakek saya lahir masih di China daratan. Namun, saya menjalani banyak tradisi Imlek lebih karena terbiasa sejak kecil," aku Deliusno, Kamis (26/1/2017).
Meski begitu, lanjut Deliusno, semua pernak-pernik berupa keharusan dan larangan dalam tradisi tersebut sebenarnya menyimbolkan harapan baik untuk setahun ke depan.
Saat kecil, Deliusno mengaku pernah disuruh orangtuanya membaca komik yang menjelaskan segala tradisi orang Tionghoa. "Wah, susah juga ingat satu per satu. Semua ada maksudnya, kenapa begini kenapa begitu, ada pula kisah legenda di baliknya," tutur dia.
Shierine Wangsa Wibawa, juga wartawan dan keturunan Tionghoa, memberikan contoh soal kisah legenda itu terkait larangan memegang sapu.
Konon, tutur dia, dulu ada lelaki teramat sangat miskin. Suatu hari, dia bertemu dan akhirnya menikah dengan perempuan cantik yang ternyata adalah bidadari dari kahyangan. Setelah pernikahan itu, si lelaki dan keluarganya jadi kaya raya.
Namun, tepat pada suatu tahun baru, lelaki ini mengamuk dan memukul istrinya memakai sapu, sampai si istri kembali ke kahyangan. "Nah, si lelaki balik miskin lagi setelah itu. Kenapa sekarang jadi pantangan pegang sapu, biar ga sial di tahun yang baru," ujar Shierine.
Deliusno dan Shierine tak menampik, banyak hal terkait legenda dan pesan di balik tradisi Imlek sudah terasa samar. Namun, mereka berdua mengaku suasana Imlek setelah ditetapkan sebagai hari libur nasional sangat menyenangkan dan membekas.
"Dulu sebelum itu hanya dirayakan di rumah, seperti diam-diam. Sekarang semua meriah. Bisa berkumpul keluarga, dan segala rupa," ujar Deliusno.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.