Sampah-sampah akan dikumpulkan di dalam rumah sepanjang hari Imlek dan baru keesokan harinya dibuang ke luar rumah. "Membuang sampah pada hari Imlek (diyakini) sama saja membuang rezeki yang datang selama satu tahun (ke depan)," kata dia.
Cerita yang sama datang dari Metta (29), keturunan Tionghoa yang keluarga besarnya masih merayakan Imlek sekalipun kini menganut agama Katolik.
“Jadi kalau mau nyapu dan ngepel, satu hari sebelumnya. Kalau nyapu kan (diartikan) menyapu rezeki juga, terlebih lagi kalau membuang (sapuan) ke arah pintu depan," tutur Metta.
Menyapu ke arah pintu depan, lanjut Metta, dianggap bakal menolak rezeki yang datang. “Menyapu yang benar itu dari depan ke belakang, biar rezekinya terkumpul,” kata dia.
Larangan lain selama Imlek adalah mengenakan baju berwarna putih. Bagi orang Tionghoa, warna putih melambangkan kesedihan dan duka cita. Karenanya, baju putih biasa digunakan dalam peringatan kematian seseorang.
Soal makanan, pantangan selama Imlek adalah menyajikan dan makan bubur dan tahu putih. Warnanya dianggap sebagai simbol kedukaan seperti halnya urusan baju.
Sudah begitu, bubur dianggap sebagai perlambang kemiskinan. Dari situ, penyantap bubur saat Imlek diyakini dalam tradisi ini bakal mengalami kemiskinan pada satu tahun ke depan.
Tradisi dan pernak-pernik lain
Seperti kebanyakan hari raya, saat Imlek pun disajikan berbagai hidangan khas yang selalu membuat rindu.
Selain kue keranjang dan buah jeruk, ada menu wajib mi di meja makan keluarga yang merayakan Imlek. Mi diyakini sebagai simbol panjang umur dan keberuntungan terus-menerus sepanjang setahun ke depan.
Olahan daging, ayam, dan ikan, juga menjadi sajian wajib dalam perayaan Imlek. “(Khusus sajian ikan) disajikannya harus utuh. Supaya rezeki pada tahun selanjutnya juga utuh, tidak ada yang dipotong-potong,” ujar Lady.
Makanan berupa manisan buah, permen, dan kue keranjang juga selalu ada di setiap rumah warga Tionghoa saat Imlek. Makanan yang manis dan lengket dipercaya melambangkan harapan rezeki yang datang selalu manis dan hubungan keluarga selalu harmonis.
Kebiasaan dan harapan
Dari semua deretan cerita tradisi di atas, tersemat segala harapan dan antisipasi untuk memastikan rezeki baik terwujud pada setahun menjelang.
Meski Vincy, Lady, dan Metta merupakan generasi milenial yang kesehariannya selalu berhubungan dengan teknologi terkini, mereka mengaku tetap mengikuti tradisi Imlek tanpa ada paksaan.
“Aku melakukan semua itu karena tradisi. Aku enggak keberatan juga melakukannya. Itu sudah menjadi kebiasaan, karena sudah dilakukan sedari kecil jadi melekat banget,” ujar Vincy.