JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno melontarkan pertanyaan yang janggal ketika diberi kesempatan bertanya ke pasangan calon nomor satu. Sandiaga bertanya kepada Sylvi yang telah puluhan tahun menjadi birokrat, soal reformasi birokrasi yang dijalankan Ahok dibanding gubernur sebelumnya.
"Yang saya ingin tanyakan, bagaimana pendapat Ibu tentang reformasi birokrasi yang dijalankan Pak Basuki dibandingkan Gubernur sebelumnya dan pelajaran apa yg bisa kita ambil ke depan untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan memajukan pendidikan?" tanya Sandiaga ke Sylvi.
Penonton debat sempat ramai bersuara mendengar pertanyaan Sandi. Ketika Sylvi mendapat kesempatan untuk bertanya, Sylvi memulainya dengan: "Terima kasih Mas Sandi, hampir saja kita berpasangan," ujar Sylvi.
Sylvi lalu menjelaskan soal perampingan birokrasi yang termaktub dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Kata Sylvi, perampingan birokrasi yang dilakukan saat ini sebenarnya sudah dilakukan oleh gubernur-gubernur sebelumnya.
"Bukan sekarang saja, dulu sudah dilakukan, pastinya makin ke mari makin ramping," ujar Sylvi.
Sylvi menekankan pada mekanisme fit and proper test agar penempatan PNS sesuai dan proporsional sesuai keahliannya. Ketika pasangan calon nomor tiga dapat kesempatan untuk menanggapi jawaban ini, Anies memulainya dengan menyatakan jawaban Sylvi seharunya bisa lebih tajam lagi.
Anies menyebut azas keadilan saat ini belum menjadi prioritas manajemen birokrasi. Ia mencontohkan pegawai Tata Usaha bisa mendapat Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) lebih tinggi dari Kepala Sekolah.
Anies juga menaruh perhatian pada ribuan guru madrasah dan pendidikan anak usia dini (PAUD) yang tidak seberuntung PNS guru.
"Reformasi birokrasi bukan untuk birokrasi sendiri, tapi untuk pelayanan publik dan peningkatan kualitas manusia di Jakarta," ucap Anies. (Baca: Apa yang Dilakukan Cagub-Cawagub DKI Saat Debat Sedang Jeda Iklan?)
Tanggapan Agus
Sebelum menanggapi balik, pasangan calon nomor satu yang diwakili Agus menyentil pertanyaan Sandiaga yang tidak berfokus menguji Agus-Sylvi, namun berfokus menyerang Ahok-Djarot.
"Saya melihat memang taktik yang baik sekali, bertanya kepada kami untuk menyerang nomor dua," ujar Agus.
Agus menggarisbawahi reformasi birokrasi harus dilakukan, namun banyak cara yang lebih manusiawi dan "menggunakan hati" untuk mewujudkannya.
"Birokrasi sistem intinya manusia, terdiri dari pikiran dan hati, dengan itu bisa kerja dengan baik," ujar Agus.
Agus kemudian meneruskannya soal rule of law atau supremasi hukum. Ia menyinggung diskusi sebelumnya soal diskresi atas dasar azas kerelaan dalam pembangunan yang ditopang oleh kewajiban pengembang. Kata Agus, birokrasi berih baru bisa dibangun jika sesuai dengan aturan.
"Diskresi azas kerelaan tidak bisa dibenarkan kalau itikad baik yang melanggar Undang-undang, kita menyimpan bom waktu yang bisa meledak sewaktu-waktu dan ini tidak baik bagi generasi berikutnya," ujar Agus.