Juanda ingat betul ketika banjir setinggi tujuh meter menenggelamkan perkampungan. "Warga hanya trauma itu saja. Dulu rumah-rumah tingkat saja sampai tenggelam," ujarnya.
Sejauh ini, kata Juanda, belum ada solusi yang diberikan oleh pemerintah. Rencana normalisasi Kali Ciliwung di kawasan itu pun belum jelas kapan dilaksanakan.
Padahal, kata Juanda, warga telah lama menyerahkan data beserta surat-surat kepemilikan rumah kepada Pemkot Administrasi Jakarta Timur untuk dilakukan verifikasi terkait penggantian ganti rugi lahan.
(Baca juga: Katulampa Siaga III, Warga di Wilayah Aliran Ciliwung Diminta Waspada)
Sampai saat ini, ujar dia, belum ada kabar lanjutan dari BPN Jakarta Timur soal proses validasi itu.
"Ada sekitar 80 dokumen yang kami kasih ke BPN Jaktim untuk bangunan yang terdampak normalisasi. Kebanyakan surat tanah adat, girik, tetapi sampai saat ini belum ada kabar."
Justru, lanjut dia, banyak oknum tidak dikenal yang memanfaatkan situasi itu dengan menjanjikan warga bisa mendapatkan ganti rugi dengan membayar sejumlah uang.
"Ini justru banyak orang mau mengambil kesempatan dalam kesempitan. Padahal warga hanya meminta kejelasan saja," ujarnya.
Mengingat musim hujan masih berlangsung, Juanda yang mewakili warga itu meminta supaya Pemerintah Kota Jakarta Timur membuatkan tanggul sementara supaya warga bisa lebih tenang.
(Feryanto Hadi)