Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pokoknya Tak Rela Golput! Satu Suara Itu Berarti untuk Jakarta"

Kompas.com - 15/02/2017, 14:07 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana TPS 36 di Rusun Marunda, Kecamayan Cilincing, Jakarta Utara sampai pukul 11.00 WIB masih berjalan tertib. Kemudian, sekitar pukul 12.00 WIB, suasana di TPS menghangat karena banyak penghuni rusun yang namanya tak terdaftar di TPS setempat.

"Ini pengurusnya bagaimana, empat bulan masa kampanye sampai hari H masih tak beres juga, tak tedaftar," kata Arifin penghuni Rusun Marunda, Rabu (15/2/2017).

Arifin yang telah tinggal di Rusun Marunda selama delapan bulan mengaku tak menerima surat undangan untuk memilih. Namanya dan istri bahkan tak terdaftar di daftar pemilih pilkada tahun ini.

"Ini kartu keluarga saja baru keluar kemarin sore. Saya tak ikhlas kalau golput. Saya lahir, tinggal, dan menempuh pendidikan di Jakarta. Saya warga Jakarta!" Kata Arifin.

Serupa dengan Arifin ada lebih dari 50 orang berdiri di depan pintu TPS 36 yang mengaku namanya tak terdaftar. Mereka menuntut panitia TPS untuk mendapat hak suara.

Suasana menjadi semakin ricuh, lantaran aspirasi penghuni Rusun Marunda belum digubris panitia.

"Pokoknya tak rela golput, satu suara itu berarti buat Jakarta! Apalagi ini ratusan suara," teriak salah satu penghuni pada panitia.

Panitia yang tersulut amarah sampai menggebrak meja. Pukul 13.30 WIB, panitia mengumumkan hanya mengakomodir 20 (suara), disambut protes penghuni rusun yang namanya belum terdaftar.

Kompas.com/Silvita Agmasari Suasana Pilkada DKI 2017 di Rusun Marunda, Rabu (15/2/2017). Warga protes karena namanya tak terdaftar di TPS setempat.
Hingga saat ini suasana di TPS 36 Rusun Marunda masih ricuh.

"Sesuai aturan KPU sebenarnya tadi jam satu sudah habis. Karena kita legowo kita beri 20 suara. Sekarang kita mulai saja perhitungan suaranya," kata panitia.

Sampai akhir, Pak Arifin dan puluhan orang lainnya tak dapat menyumbangkan suaranya untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. (Baca: Penghuni Rusun Marunda Antusias Ikuti Pemungutan Suara)

Kompas TV Lantas aturan-aturan seperti apa yang tergolong sebagai pelanggaran di hari tenang dan sejauh mana temuan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta soal pelanggaran selama proses pilkada? Kompas Petang akan berbincang dengan anggota Bawaslu DKI Jakarta, Muhammad Jufrii.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com