Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah Atribut Kampanye Jadi Laporan Terbanyak Warga di "Qlue"

Kompas.com - 17/02/2017, 13:13 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada massa Pilkada DKI 2017 aplikasi Qlue dan MASTEL bekerja sama mengawasi pilkada dengan membuka pengaduan warga mulai 1 Desember 2016 sampai 16 Februari 2017. Selama periode tersebut sebanyak 803 laporan masuk ke Qlue terkait pilkada.

Ketua Bidang Kebijakan Strategi MASTEL Teguh Prasetya mengatakan, berdasarkan laporan masyarakat yang masuk sebanyak 83,1 persen atau 667 laporan warga terkait masalah atribut kampanye.

Kasusnya seperti pemasangan atribut kampanye pada masa tenang atau tidak pada tempatnya atau di pohon. Ini menjadi laporan terbanyak yang diterima selama dibukanya periode pengaduan.

Tempat kedua sebanyak 8,9 persen atau 71 laporan warga terkait masalah tempat pemungutan suara (TPS), kasusnya seperti antrean di TPS dan lainnya. Posisi ketiga sebanyak 4,4 persen atau 35 laporan warga terkait masalah surat suara.

Kasus yang dilaporkan seperti surat suara habis. Sedangkan tempat posisi ketiga sebanyak 3,6 persen atau 29 laporan warga tentang daftar pemilih tetap (DPT). Kasusnya seperti warga yang tidak punya DPT akhirnya tidak bisa mencoblos.

"Atribut kampanye menjadi subyek laporan warga yang terbanyak," kata Teguh, dalam konfrensi pers bersama Credit Marketing Officer Qlue Ivan Tigana, di kantor MASTEL di Jalan Tambak, Pegangsaan, Jakarta Pusat, Jumat (17/2/2017).

Dari 803 laporan yang masuk, lanjut Teguh, dari 600.000 pengguna Qlue. Sebanyak 99 persen laporan yang berasal dari DKI Jakarta dan hanya 1 persen yang berasal dari sekitar Jakarta seperti Bekasi, Kota Tangerang, Tangerang Selatan, dan lainnya.

Jika melihat persebaran laporannya, warga Jakarta Barat paling banyak melapor dengan 35 persen dari total laporan, diikuti Jakarta Selatan sebanyak 24,7 persen, Jakarta Timur 17,8 persen, Jakarta Utara 16,8 persen, dan Jakarta Pusat 6,2 persen. (Baca: Paslon Diminta Aktif Turunkan Alat Peraga Sebelum Hari Tenang)

Teguh mengatakan, MASTEL yang merupakan wadah bagi pemangku kepentingan di bidang telekomunikasi, teknologi informasi, komunikasi dan penyiaran itu bersama Qlue, tidak menentukan laporan pengaduan tersebut sebagai pelanggaran atau bukan.

"Pelanggaran atau tidak, itu domainnya Bawaslu. Aplikasi hanya menjadi media pelaporan," ujar Teguh.

Credit Marketing Officer Qlue Ivan Tigana mengatakan, Qlue mempunyai tujuan melalui pengaduan ini untuk mengawal proses demokrasi agar berjalan dengan baik.

"Dari awal kami meluncurkan, misi kami adalah bersama warga mengawal pesta demokrasi," ujar Ivan. (Baca: Pencipta Aplikasi Qlue Temui Ahok di Rumah Lembang)

Dia juga berharap, laporan warga ini bisa jadi rekomendasi penyelenggara pemilu. Khususnya untuk pilkada DKI yang diprediksi bakal berlangsung dua putaran. Harapannya, warga bisa ikut tertarik untuk memanfaatkan Qlue dalam mengawal pilkada putaran kedua mendatang.

Kompas TV Jelang pilkada serentak 15 Februari mendatang, JPPR melaporkan ada sejumlah pelanggaran pilkada, di antaranya masih beredarnya alat peraga dan bahan kampanye di masa tenang, serta dugaan politik uang dalam bentuk dokumen digital yang menjanjikan uang dan atau barang bagi pemilih di media sosial. Meski saat ini JPPR sebagai pelapor belum menemukan bukti fisik terkait politik uang ketiga pasangan calon gubernur DKI Jakarta, namun JPPR berharap Bawaslu dapat menindak tegas pelaku sesuai dengan undang-undang yang ada.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Megapolitan
Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Megapolitan
Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki 'Gue Orang Miskin'...

Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki "Gue Orang Miskin"...

Megapolitan
Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com