Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies-Sandi Janji Jadikan Angkot Pengumpan Transjakarta

Kompas.com - 15/03/2017, 12:14 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, baru-baru ini memperkenalkan program mereka yang bernama "OKOTRIP".

Program ini merupakan konsep untuk menerapkan tarif transportasi terintegrasi sebesar Rp 5.000 yang dijanjikan Anies-Sandi.

Istilah OKOTRIP pertama kali diucapkan Sandi saat berkunjung ke kawasan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, Jumat (10/3/2017) pekan lalu.

Saat itu, Sandi menyebut konsep OKOTRIP berbeda dengan sistem Transjakarta yang menggunakan tarif Rp 3.500 sekali jalan yang kini diterapkan. Pada OKOTRIP, Sandi berjanji akan menggandeng angkot-angkot eksisting untuk dijadikan angkutan pengumpan.

Hal ini berbeda dengan sistem Transjakarta karena menggunakan bus-bus sedang sebagai angkutan pengumpan.

"Kami akan integrasikan dengan semua, bukan hanya fisik, tapi training bagi pengemudi. Integrasikan dengan karcis terusan Rp 5.000 bisa ke mana-mana. Sehingga angkot bisa dijadikan sarana pengumpan," kata Sandi.

(baca: Anies: Pimpinan Jakarta Tak Boleh Mengotak-ngotakkan)

Menurut Sandi, sistem Transjakarta yang diterapkan saat ini tidak mengakomodir keberadaan angkot. Sehingga penumpang pengguna Transjakarta yang masih menjadi pengguna angkot dari rumahnya masih harus mengeluarkan biaya tambahan.

"Sekarang hanya lewat Transjakarta saja. Kalau sampai bawah sambung pakai angkot dan sebagainya sampai Transjakarta bisa sampai Rp 15.000. Tapi nanti OKOTRIP Rp 5.000 semua," ujar Sandi.

Dikutip dari laman www.pandji.com, juru bicara Anies-Sandi, Pandji Pragiwaksono, menjelaskan tidak semua kawasan permukiman di Jakarta bisa dilalui bus. Di situlah dia menilai perlunya angkot menjadi angkutan pengumpan.

Pandji mengawali penjelasannya dengan menceritakan pengalamannya saat sekolah. Menurut Pandji, dulu dia tinggal di Villa Bintaro Regency sektor 9. Namun bersekolah di Kolese Gonzaga, Pejaten Barat, Pasar Minggu.

Dari rumah menuju tempat tinggal maupun sebaliknya, Pandji menyebut dia harus naik empat kali angkot, masing-masing KWK S11, KWK 08, D09, dan C02.

"Sebenarnya dari Gonzaga saya bisa naik Kopaja. Tapi naik angkot lebih cepat karena dia bisa masuk-masuk rute memotong yang tidak bisa dilalui Kopaja dan Metro Mini karena terlalu besar," tulis Pandji.

Pandji mengatakan angkot merupakan angkutan yang lahir dari kebutuhan masyarakat. Sehingga ia menilai angkot tidak akan bisa dihapus di Jakarta.

Pada beberapa kesempatan, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sempat melontarkan keinginan menghapus angkot. Selain itu, dia juga menyebut angkot pasti akan kalah bersaing jika tidak mau beragabung dalam sistem Transjakarta.

"Jangankan angkot, di komplekS perumahan saya, odong-odong jadi moda transportasi. Kagak bohong saya. Isinya ibu-ibu semua. Sampai supermarket, turun ngasi duit ke sopirnya. Itu terjadi karena kebutuhan," kata Pandji.

Menurut Pandji, angkot harus dijadikan bagian dari perubahan yang dirangkul dan diubah sistemnya jadi lebih baik.

"Jangan angkot dihapus dan diganti bis 9-10 meter seperti keinginan Pak Basuki (Ahok)," ujar Pandji.

(baca: Cerita Sandiaga Jawab Kekhawatiran Investor)

Pandji menuturkan, Anies-Sandi berencana merangkul angkot dan mengubah sistemnya jadi lebih akuntabel dan profesional. Dia yakin dengan cara ini tidak akan ada lagi angkot-angkot ngetem ataupun sopir tembak.

"Ketimbang menghapus angkot dan menghilangkan penghasilan sebagian warga Jakarta. Karena kalau diganti bus, tentu satu bus akan memuat lebih banyak penumpang dan menjadikan jumlah busnya lebih sedikit daripada jumlah angkot. Yang berarti jumlah sopir yang dipekerjakan lebih sedikit," ucap Pandji.

(baca: Pandji Dijadikan Juru Bicara Anies-Sandiaga)

Kompas TV Dalam kampanye di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Anies Baswedan menerima keluhan warga soal renovasi 88 gedung sekolah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com