Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darmaningtyas
Pengamat transportasi

Aktivis di INSTRAN (LSM Transportasi) yang turut mengawal pembangunan bus way di Jakarta sejak permulaan.

Terminal Pulogebang dan Senjakala Bus AKAP

Kompas.com - 12/04/2017, 08:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

PARA operator angkutan umum jarak jauh yang disebut AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) khususnya trayek Jakarta dan kota-kota lain di Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur saat ini mengalami senjakala menuju ke kebangkrutan.

Akar masalahnya bukan lantaran mereka tidak mampu meningkatkan pelayanan kepada konsumen, tapi akibat kebijakan yang tidak berorientasi pada kepentingan penumpang, misalnya keharusan pemberangkatan penumpang dari Terminal Pulogebang di Jakarta Timur, yang lokasinya jauh dari tempat tinggal penumpang yang umumnya di pinggiran.  

Keharusan pemberangkatan penumpang dari Terminal Pulogebang itu telah menimbulkan beban tersendiri bagi calon penumpang bus AKAP, baik dari segi waktu, energi, maupun biaya. Pada akhirnya hal itu membuat mereka malas untuk menggunakan bus AKAP dan mencari alternatif lain, termasuk angkutan omprengan yang ilegal, tapi mudah diakses dan jauh lebih efisien.

Taruhlah contoh bila calon penumpang itu bertempat tinggal di Ciledug, Cikunir, Lebakbulus, Bintaro, Pondok Pinang, Ciputat, Pamulang, Depok, Daan Mogot, Jelambar, Cengkareng, Pluit, dan sebagainya. Kemudian mereka harus naik bus dari Pulogebang jika ingin pergi ke Tegal, Pekalongan, Pemalang, Semarang, Salatiga, Purwokerto, Yogyakarta, Wonosari, Solo, Wonogiri, Ngawi, dan kota-kota lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Bayangkan saja, berapa waktu yang harus mereka butuhkan dan berapa rupiah dana yang harus mereka keluarkan untuk sampai ke Terminal Pulogebang. Sementara itu, penumpang bus AKAP tersebut sudah terlalu capek kerja fisik dan uang mereka cekak.

Oleh karena itu, daripada mereka naik bus AKAP yang untuk bisa naiknya harus ke Terminal Pulogebang, lebih baik naik omprengan yang bisa didapatkan di dekat rumah dan dapat mengantarkan mereka sampai tujuan dengan mudah.

Perencanaan masa lalu

Terminal Pulogebang ini memang dirancang menjadi terminal terpadu dan selalu dibanggakan bakal menjadi terminal termegah di ASEAN.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com