Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Penerjemah Debat Cagub-Cawagub DKI yang Ekspresif

Kompas.com - 13/04/2017, 09:11 WIB
Jessi Carina

Penulis

Kompas TV Pada akhir debat, kedua calon gubernur DKI Jakarta menyampaikan permintaan maaf.

"Saudara kami bilang, kami kalau salah menerjemahkan juga enggak ketahuan. Padahal enggak, kami kan ada yang mengawasi juga," tambah Edik.

(baca: KPU DKI Puas dengan Pertanyaan Komunitas Masyarakat dalam Debat)

Sulit terjemahkan singkatan

Selama debat, Edik, Pinky, dan Sasanti sepakat salah satu kesulitan mereka adalah menerjemahkan akronim atau singkatan baru.

"Kesulitan kalau tiba-tiba muncul akronim," ujar Sasanti.

Edik mengatakan program pasangan calon Anies Baswedan-Sandiaga Uno seperti OK-OCE, OK-Oce Mart, OK-OCare, dan OK-Otrip, sempat membuat mereka kebingungan. Sebelum tampil, biasanya mereka diberikan acuan kata-kata sulit apa yang mungkin akan keluar.

Namun debat putaran kedua yang digelar KPU DKI berbeda. Isi debat seperti sosok panelisnya masih dirahasiakan sehingga mereka pun tidak tahu bocoran kata sulit apa saja yang akan keluar.

"Tadi lagi Pak Djarot bilang RPTRA, lalu BPHTB," ujar Edik.

"Ada juga kata musrenbang tadi ya contohnya," kata Sasanti.

"Waktu Pak Djarot bilang KUA itu, aku pikir KUA tempat menikah, ucap Pinky menimpali.

Kesulitan lain terkait gaya bicara masing-masing pasangan calon. Edik mengatakan calon gubernur nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, bicara dalam tempo yang sangat cepat.

Sementara calon gubernur nomor urut tiga, Anies Baswedan, berbicara dengan menggunakan banyak kata kiasan. Mereka harus menyesuaikan agar hasil terjemahan pas dengan maksud tiap paslon.

Mereka juga tidak menerjemahkan kata per kata. Mentor mereka, Herman, mencoba berpendapat juga mengenai hasil terjemahan bahasa isyarat yang baik.

"Penerjemah dulu selalu mengikuti kata per kata, orang ngomong harus diikuti persis. Para tuli pada bosan dan enggak mengerti. Tuli itu senang yang tepat, disingkat saja, bahasa isyaratnya harus tepat," ujar Pinky, menerjemahkan apa yang disampaikan Herman.

Debat sudah selesai. Namun mereka bertiga sudah memiliki segudang kegiatan menerjemah bahasa isyarat lagi. Mereka bertiga mengemasi barang bawaan dari ruang rias untuk bersiap-siap pulang.

"Tapi yang kami tunggu sebenarnya whatsapp berisi respons dari mereka (penyandang tuna rungu), supaya tahu apakah kami sudah cukup jelas dan clear. Itu lebih kepada mijatin otak kita sih," ujar Edik.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com