Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Pecahkan Rekor Penggusuran, Begini Reaksi Ahok

Kompas.com - 14/04/2017, 11:42 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, langsung tersenyum saat awak media menanyakan mengenai rilis Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta tentang penggusuran tahun 2016 di Ibu Kota.

Berdasarkan rilis tersebut, Pemprov DKI Jakarta pada masa pemerintahan Ahok disebut melakukan penggusuran dengan korban paling banyak.

"Sekarang begini, minimal itu (penggusuran) juga membuktikan salah satu cara menurunkan (titik) lokasi banjir," kata Ahok, kepada awak media, di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Kamis (13/4/2017).

Menurut Ahok, yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta itu bukan penggusuran, melainkan relokasi.

Sebab, lanjut dia, Pemprov DKI Jakarta baru akan menertibkan permukiman di bantaran kali setelah unit rusun bagi warga tercukupi.

Ahok mengatakan, sebelum ada program normalisasi sungai dan penertiban, ada 2.200 titik banjir di Jakarta. Setelah adanya normalisasi sungai, Ahok mengklaim, titik banjir di Jakarta tinggal 80.

"Saya sudah tegaskan, tidak ada cara lain memindahkan orang yang tinggal di aliran sungai. Hasilnya apa, semua orang Jakarta, kalau mereka ngomong nurani, mengakui kok titik banjir di bawah 80 lokasi saja," kata Ahok.

(Baca juga: LBH Nilai Penggusuran di Jakarta Melanggar HAM (

Sebelum normalisasi, Ahok menyebut banjir dapat merendam warga hingga setinggi 2 meter dan berminggu-minggu lamanya.

Sementara itu, saat ini Jakarta masih tergenang dan terendam banjir setelah diguyur hujan. Hanya saja, dia menjamin, banjir itu surut dalam waktu beberapa jam.

"Kalau yang (banjir surut) dalam hitungan hari, itu tinggal di Cipinang Melayu. Itu juga karena ada 3-4 rumah yang belum kami bebaskan," kata Ahok.

Jika rumah itu telah ditertibkan, Ahok yakin, kawasan Cipinang Melayu akan terbebas dari banjir.

Ahok meyakini langkahnya ini lebih manusiawi ketimbang membiarkan warga tetap tinggal di bantaran sungai dan terus terendam banjir.

"Saya kira, kita mesti pilih mana manfaat dan mana mudarat lebih banyak. Orang kalau tinggal di dalam sungai, penyakit juga banyak, kesehatan enggak baik. Memindahkan belasan ribu orang, tapi jutaan orang Jakarta menikmati tidak banjir," kata Ahok.

Pengacara publik dari LBH Jakarta Alldo Fellix Januardy sebelumnya mengatakan, Pemprov DKI Jakarta pada masa pemerintahan Ahok melakukan penggusuran dengan korban paling banyak.

"Ini total Ahok mungkin memecahkan rekor penggusuran selama Pemprov DKI Jakarta dari awal sampe sekarang. Dua tahun menjabat, 25.533 korban," ujar Alldo di Kantor LBH Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat.

Penggusuran di DKI Jakarta sebanyak 193 kasus pada 2016 dengan jumlah korban 5.726 keluarga dan 5.379 unit usaha.

Sementara itu, pada 2015, ada 113 kasus penggusuran dengan korban sebanyak 8.145 keluarga dan 6.283 unit usaha.

(Baca juga: LBH: Tindak Kekerasan Aparat dalam Penggusuran Tak Pernah Diproses Hukum)

Selain banyak menyebabkan korban tergusur, penggusuran oleh Pemprov DKI Jakarta juga dinilai sebagai catatan hitam penegakan hukum.

"Tahun 2016 menjadi catatan hitam bagi penegakan hukum dalam kasus penggusuran paksa karena pemerintah kerap melangkahi proses sengketa tanah di pengadilan," ucap Alldo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com