Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelecehan terhadap Penumpang Grab Diduga Upaya Adu Domba Ojek "Online"

Kompas.com - 17/05/2017, 16:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mbot (39), pengemudi Grab Bike di Pondok Cina, Depok, Jawa Barat, menjelaskan duduk masalah pelecehan terhadap penumpang perempuan berinisial DC. Mbot yang menjadi pimpinan Komunitas Jangkar (pangkalan Grab di Stasiun Pondok Cina) menduga pelecehan terhadap DC, merupakan upaya adu domba terhadap ojek online yang biasa beroperasi di Stasiun Pondok Cina.

"Sebulan ini memang ada masalah soal tempat penjemputan di antara tiga komunitas ojek online, (yaitu) Grab, Go-Jek, dan Uber," kata Mbot kepada Kompas.com, Rabu (17/5/2017).

Baca juga: Penumpang Grabbike Diprotes dan Dilecehkan karena Pakai Kode Promo

Mbot menjelaskan, Jalan Pondok Cina yang menjadi akses ke dan dari stasiun, sempit dan menimbulkan kemacetan terutama pada jam ramai. Warga dan pihak stasiun mengeluhkan kemacetan yang mengganggu mereka.

Sebulan lalu, warga mengundang aparat kepolisian, tentara, ojek pangkalan, dan ojek online untuk mencari penyelesaian dari kemacetan itu. Ojek online dianggap sebagai salah satu biang kemacetan karena menjemput dan menurunkan penumpang di Jalan Pondok Cina dan Jalan Margonda, di depan Epi Jus yang terletak di samping Jalan Pondok Cina.

Warga mengusulkan agar ojek online menggunakan lahan kosong di depan Stasiun Pondok Cina untuk menjemput dan menurunkan penumpang. Warga meminta kontribusi dari ojek online agar ojek online bisa menggunakan lahan tersebut, bahkan menggunakan parkiran stasiun agar bisa berputar balik di depan Depok Town Square dan tidak harus berputar balik di flyover UI.

"Warga mengusulkan pakai stiker dengan tiap hari ojek online bayar Rp 2.000. Tapi ada yang menolak sehingga wacana itu batal," kata Mbot.

Setelah wacana itu batal, ojek online kini hanya diperbolehkan menjemput penumpang di Epi Jus (Jalan Margonda). Namun Mbot dan Komunitas Jangkar-nya masih sering berkumpul di depan Stasiun Pondok Cina karena lebih dulu di sana dan sudah dibolehkan warga.

Ada dugaan ojek online lain tidak senang dengan "kemewahan" yang didapat Mbot dan teman-temannya.

"Selama dua minggu ini kami diserang, dapat order fiktif, sampai kejadian Mbak DC dilecehkan pakai nama saya dan foto Bang Sukis yang juga anggota Jangkar," kata Mbot.

Pengalaman DC dibagikan lewat Facebook temannya. DC menerima pesan WhatsApp dari orang yang mengaku sebagai "Mbot Jangkar", yang marah-marah karena DC menggunakan promo. Padahal, DC hanya dua kali menggunakan Grab pada tanggal 24 dan 25 April 2017, dengan pengemudi Grab yang memiliki nomor berbeda dari oknum yang memarahinya di WhatsApp.

Selain diprotes karena menggunakan promo, DC juga menerima pelecehan seksual melalui WhatsApp. Setelah DC dan temannya mendatangi Jangkar untuk mencari oknum yang dimaksud, barulah diketahui bahwa pengemudi Grab juga menjadi korban pencatutan nama oleh oknum yang sama.

"Sepertinya ada ojek online yang nggak suka, dan modusnya memfitnah kami pakai isu promo," kata Mbot.

Mbot menceritakan ia, Sukis, dan teman-teman lainnya mendapat order dari pelanggan fiktif dengan nama seperti "fu*koff mbot" dan sejenisnya. Sukis sudah melapor secara resmi ke polisi agar oknum yang menggunakam fotonya ditangkap.

Manajemen Grab juga masih berupaya untuk memecahkan masalah itu.

Baca juga: Grabbike Bantah Orang yang Hina Penumpang sebagai Driver-nya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com