JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah pendatang baru yang mengadu nasib ke Jakarta Utara diprediksi lebih rendah dibanding tahun 2016. Kepala Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Sudin Dukcapil) Jakarta Utara Erik P Sinurat mengatakan, prediksi penurunan angka pendatang itu didasarkan pada berkembangnya sektor industri di kota selain Jakarta.
Erik menilai selama ini banyak pendatang yang ingin mencari kerja di Jakarta karena melihat peluang pekerjaan di Ibu Kota yang cukup besar. Namun, seiring perkembangan pembangunan, masyarakat dia anggap mulai melirik kota lain sebagai tujuan mencari kerja.
Dari data Sudin Dukcapil Jakarta Utara, ada 17.685 pendatang baru yang terdata memasuki wilayah Jakarta Utara pada 2016.
"Prediksi kami turun tahun ini. Mungkin sekarang Jakarta bukan lagi tujuan mereka. Sudah banyak daerah lain yang membutuhkan tenaga kerja," ujar Erik, kepada Kompas.com, Rabu (5/7/2017).
(baca: Ini Syarat Pendatang Baru yang Ingin Tinggal di Jakarta)
Untuk mengetahui jumlah pasti warga pendatang, Sudin Dukcapil Jakarta Utara akan melakukan pendataan jumlah warga bekerjasama dengan kelurahan dan pengurus RT/RW serta yayasan penyalur tenaga kerja guna melihat jumlah pencari kerja baru yang datang ke Jakarta Utara.
"Kami akan melakukan pendataan. Berapa banyak pekerja (baru) yang bekerja di kawasan berikat nusantara dan di daerah lainnya," ujar Erik.
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, pendataan dilakukan mulai dari H+2 Lebaran pada Selasa (27/6/2017) dan akan berlangsung hingga Sabtu (15/7/2017).
Tahun ini, Djarot menyebut pengawasan terhadap pendatang baru dilakukan salah satunya dengan melarang warga penghuni rumah susun sederhana sewa memberikan tempat tinggal bagi saudara dari kampung halamannya.
"Karena warga kita yang tinggal di rusun itu keluarga inti. Anak, istri, mertua, kakek, nenek silakan. Tapi jangan dong keponakan dari kampung terus di rusun dulu," kata Djarot di Monas, Jakarta Pusat, Jumat (30/6/2017).
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.