Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/07/2017, 07:57 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Istilah "permainan ular tangga" dibuat oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, ketika masih menjabat.

Arti istilah itu, Basuki atau Ahok tidak segan menurunkan eselon seorang PNS hingga menjadi staf jika berbuat kesalahan.

Sebaliknya, mereka yang dalam posisi staf bisa diangkat sebagai pejabat eselon jika kinerjanya dinilai baik. Dari waktu ke waktu, permainan ular tangga ini masih dilakukan.

Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat melakukan rotasi pejabat eselon II yang setingkat dengan wali kota, kepala dinas, asisten sekda, wakil wali kota, hingga sekretaris kota pada Kamis (14/7/2017) kemarin.

Djarot melantik 221 pejabat yang terdiri dari eselon II, III, dan IV di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan.

Rinciannya, 18 pejabat eselon II, 58 pejabat eselon III, dan 145 pejabat eselon IV. Lantas, seperti apa permainan ular tangga ala Djarot?

Hanya demosi

Sejumlah pejabat eselon II dinilai kurang maksimal dalam melaksanakan tugasnya. Meski demikian, mereka tidak langsung distafkan atau grounded begitu saja.

Djarot melakukan demosi terhadap mereka dari berstatus pejabat eselon II a menjadi eselon II b.

(Baca juga: Target Para Pejabat yang Dilantik Djarot...)

Meski demosi, mereka masih pejabat eselon II. Hal itu terjadi pada mantan Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman Arifin, mantan Kepala Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa Blessmiyanda, dan mantan Wali Kota Jakarta Utara Wahyu Haryadi.

Mereka dinilai kurang maksimal dalam menjalankan tugas mereka. Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta Agus Suradika mengatakan, Arifin didemosi karena masalah penyerapan anggaran.

"Catatan yang pertama perumahan itu adalah penyerapan anggaran, soal pembebasan lahan," ujar Agus di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis.

Sementara itu, Blessmiyanda didemosi karena masalah lelang. Agus tidak menjelaskan lebih lanjut tentang alasan demosi ini.

Ia mengatakan, kesalahan Bless tidak perlu dijadikan konsumsi publik. Sementara itu, Djarot menjelaskan alasannya melakukan demosi terhadap Wahyu Haryadi.

Adapun Wahyu dinilai kurang tegas dalam menjaga lingkungan di Jakarta Utara. "Pak Wahyu baik ya, tapi karena terlalu baik itu. Makanya kita cari orang yang bukan hanya baik tapi juga tegas menjaga wilayahnya," ujar Djarot.

Halaman Selanjutnya
Halaman:


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Cerita Warga Kemang Banyak yang Foto 'Prawedding' Saat Bunga Tabebuya Bermekaran

Cerita Warga Kemang Banyak yang Foto "Prawedding" Saat Bunga Tabebuya Bermekaran

Megapolitan
Klarifikasi Maxim Soal 'Suspend' Akun Ojol yang Turunkan Penumpang Tanpa Helm

Klarifikasi Maxim Soal "Suspend" Akun Ojol yang Turunkan Penumpang Tanpa Helm

Megapolitan
Lampu Sejumlah Kawasan di Jakarta Dipadamkan Sabtu Malam Demi Peringati Hari Ozon Sedunia

Lampu Sejumlah Kawasan di Jakarta Dipadamkan Sabtu Malam Demi Peringati Hari Ozon Sedunia

Megapolitan
Viral Video AC di LRT Jabodebek Bocor, Air Rembes ke Gerbong Penumpang

Viral Video AC di LRT Jabodebek Bocor, Air Rembes ke Gerbong Penumpang

Megapolitan
'Vibes' Jepang di Kemang Luntur Karena Bunga Tabebuya Berguguran, Warga Masih Banyak yang Datang

"Vibes" Jepang di Kemang Luntur Karena Bunga Tabebuya Berguguran, Warga Masih Banyak yang Datang

Megapolitan
Sosiolog UNJ Nilai Penutupan Lokalisasi di Gang Royal Tak Hentikan Masalah

Sosiolog UNJ Nilai Penutupan Lokalisasi di Gang Royal Tak Hentikan Masalah

Megapolitan
Lurah Papanggo Pelajari Syarat yang Diajukan Warga Kampung Bayam

Lurah Papanggo Pelajari Syarat yang Diajukan Warga Kampung Bayam

Megapolitan
Bertemu 5 Jenderal Purnawirawan TNI, Cak Imin: Saya Dapat Petuah dan Nasehat

Bertemu 5 Jenderal Purnawirawan TNI, Cak Imin: Saya Dapat Petuah dan Nasehat

Megapolitan
Bunga Tabebuya di Kemang Sedang Tak Mekar, 'Vibes' Jepang Pun Hilang...

Bunga Tabebuya di Kemang Sedang Tak Mekar, "Vibes" Jepang Pun Hilang...

Megapolitan
Sosiolog: Penggusuran Lokalisasi Gang Royal Harus Dilanjutkan dengan Pemberdayaan

Sosiolog: Penggusuran Lokalisasi Gang Royal Harus Dilanjutkan dengan Pemberdayaan

Megapolitan
Warga Kampung Bayam Survei ke Rusun Nagrak, Keluhkan Akses yang Sulit untuk Anak Sekolah

Warga Kampung Bayam Survei ke Rusun Nagrak, Keluhkan Akses yang Sulit untuk Anak Sekolah

Megapolitan
Pelintasan Liar di DKI Jakarta Harus Segera Ditutup Agar Tak Lagi Makan Korban

Pelintasan Liar di DKI Jakarta Harus Segera Ditutup Agar Tak Lagi Makan Korban

Megapolitan
Bersedia Pindah ke Rusun Nagrak, Warga Kampung Bayam Ajukan Syarat ke Pemprov DKI

Bersedia Pindah ke Rusun Nagrak, Warga Kampung Bayam Ajukan Syarat ke Pemprov DKI

Megapolitan
Bak Makan Buah Simalakama, Sopir Ojol Tetap Apes Ketika Ikuti ataupun Langgar Aturan

Bak Makan Buah Simalakama, Sopir Ojol Tetap Apes Ketika Ikuti ataupun Langgar Aturan

Megapolitan
Pria Ditemukan Tewas di Pondok Ranji, Tubuhnya Penuh Luka Sobek

Pria Ditemukan Tewas di Pondok Ranji, Tubuhnya Penuh Luka Sobek

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com