JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi masih menyelidiki kasus pengeroyokan dan pembakaran terhadap MA karena dituduh sebagai pelaku pencurian amplifier milik mushala Al-Hidayah di Desa Hurip Jaya, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.
Kapolres Kabupaten Bekas Kombes Asep Adi Saputra mengatakan, masyarakat yang membakar MA hidup-hidup bisa dijerat pidana. "Iya, pelaku bisa dipidana. Itu (aksi main hakim sendiri) tidak bisa dibenarkan," ujar Asep saat dihubungi, Sabtu (5/8/2017).
Asep meminta masyarakat untuk melaporkan langsung ke polisi jika menemukan adanya aksi tindak pidana. Sebab, di dalam Undang-Undang pihak kepolisian lah yang berhak memproses pelaku tindak pidana.
"Tentunya kita harus pahami bahwa negara kita ini negara hukum, tidak boleh main hakim sendiri. Kalau ada yang seperti ini, hendaknya melaporkan ke pihak yang berwajib," ucap dia.
Baca juga: Pria yang Dibakar Hidup-hidup di Bekasi, Benarkah Pencuri?
Menurut Asep, setiap pelaku tindak pidana memiliki azas praduga tak bersalah. Untuk itu, dia meminta masyarakat tidak asal mengambil tindakan. "Dalam hal tertangkap tangan, semua orang itu berhak mengamankan, setelah itu harus segera memberi tahu ke aparat," kata Asep.
Sebelumnya, seorang pria berinisial MA dikeroyok dan dibakar hidup-hidup oleh warga, Selasa (1/8/2017) sekitar pukul 16.30 WIB. MA dibakar hingga tewas karena dituduh sebagai pelaku pencurian amplifier milik mushala Al-Hidayah di Desa Hurip Jaya, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.
Istri MA, Siti Zubaidah mengatakan, suaminya bekerja mereparasi alat-alat elektronik, seperti amplifier. Siti yakin suaminya tidak mencuri amplifier di mushala.