Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Larangan Sepeda Motor, Tak Didukung Transportasi Umum Berkualitas

Kompas.com - 03/09/2017, 15:32 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai komunitas pengguna sepeda motor menolak rencana perluasan pelarangan sepeda motor di Jakarta.

Ketua Road Safety Association (RSA) Indonesia Ivan Virnanda mengatakan, salah satu alasan penolakan adalah karena pemerintah tidak memperbaiki moda transportasi publik.

"Larangan ini adalah kebijakan panik dari pemerintah karena tidak sanggup menyediakan transportasi publik yang aman, nyaman, selamat, tepat waktu, dan terjangkau," kata Ivan di Kantor LBH Jakarta, Jalan Diponegoro, Minggu (3/9/2017).

Ivan mencontohkan, headway (waktu tunggu) bus transjakarta di Koridor 1 (Kota-Blok M) tidak sesuai ketentuan.

Baca: Komunitas Bikers Siapkan Protes Tolak Perluasan Larangan Sepeda Motor

Sebagai moda transportasi umum yang berada di jalur pelarangan sepeda motor, lanjut Ivan, bus transjakarta di Koridor 1 seharusnya tepat waktu.

Sementara itu, Badan Kehormatan RSA Indonesia, Rio Octaviano, mengaku pernah menjajal bus transjakarta dan mengeluhkan lamanya waktu tunggu bus.

"Saya coba naik transjakarta untuk aktivitas. Nyatanya apa? Headway yang seharusnya 15 menit, lebih dari 15 menit di peak hour," kata Rio.

Tak hanya soal headway, pelayanan petugas transjakarta juga dikeluhkan. Rio mencontohkan, banyak pegawai trainee yang sudah ditugaskan di dalam bus maupun halte.

Sayangnya, para pegawai magang ini belum menguasai informasi tentang transjakarta misalnya tentang rute perjalanan.

"SDM-SDM (sumber daya manusia) yang dikelola Transjakarta di sini belum dapat ilmu, tapi sudah diturunkan ke lapangan. Ini merugikan kami juga," ujarnya.

Selain itu, pada saat jam sibuk kondisi di dalam bus transjakarta pun sangat penuh. Hal itu membuat para penumpang tidak merasa nyaman.

Sekretaris Yamaha Revs Cbu Indonesia, Rahmat Hidayat, juga menyatakan hal serupa. Dia menilai Pemprov DKI Jakarta belum menyediakan pelayanan transportasi umum yang baik.

"Kami menolak larangan tersebut karena kami melihat pemerintah belum menyediakan fasilitas infrastruktur, khususnya jasa transportasi umum, makanya sepeda motor harus bisa digunakan untuk kegiatan sehari-hari," tutur Rahmat.

Baca: Perluasan Larangan Sepeda Motor Diprediksi Mendapat Protes Keras

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana memperluas larangan sepeda motor. Saat ini, pelarangan sepeda motor hanya berlaku di Jalan Medan Merdeka Barat hingga Jalan MH Thamrin atau Bundaran Hotel Indonesia (HI).

Pelarangan tersebut akan diperluas hingga ke Jalan Jenderal Sudirman atau Bundaran Senayan. Uji coba perluasan larangan sepeda motor rencananya dilakukan pada 12 September 2017.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com