JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak ada yang menyangka, pertandingan sepak bola Timnas Indonesia melawan Timnas Fiji di Stadion Patriot, Bekasi akan menelan korban jiwa.
Catur Juliantono, warga Jalan Kampung Sumur, Klender menjadi korban dari oknum suporter yang melempar petasan di dalam stadion.
Pada Minggu (3/9/2017), Catur dimakamkan di pemakaman tidak jauh dari rumahnya. Ayah mertua Catur, Nurhasan, bercerita tentang bagaimana menantunya mengidolakan Timnas.
"Dia itu pencinta Timnas, apalagi yang namanya Irfan Bachdim," ujar Nurhasan di rumah duka, Jalan Kampung Sumur, Klender, Minggu.
(Baca juga: PSSI Janji Santuni Keluarga Suporter yang Tewas Terkena Petasan )
Siang itu, Catur baru saja pulang bekerja. Dia langsung meminta izin kepada istrinya, Nurmila Yasmi atau Ismi untuk menonton sepak bola.
Setelah diizinikan, Catur langsung berangkat ke Stadion Patriot bersama adik ipar dan sepupunya, Haikal Fajri dan Taufik, yang sama-sama berusia 13 tahun.
Pertandingan Indonesia melawan Fiji itu berlangsung dengan tertib. Sampai akhirnya, lemparan petasan itu melesat dari tribun selatan menuju tribun timur, tempat Catur berada.
Nurhasan menceritakan kronologi ini berdasarkan cerita Haikal yang duduk berdampingan dengan Catur. "Ceritanya itu tahu-tahu petasan itu lewat di depan muka anak saya Haikal," ujar Nurhasan.
Petasan itu kemudian mengarah ke Taufik yang duduk di samping Haikal. Namun, Catur langsung mendorong Taufik agar tidak terkena petasan itu hingga akhirnya mengenai pelipis kiri Catur.
"Tadinya mau kena Taufik, tetapi didorong (oleh Catur) dan kena kepalanya," kata Nurhasan. Catur langsung dibawa ke rumah sakit.
(Baca juga: Suporter yang Tewas karena Petasan Sangat Mengidolakan Irfan Bachdim)
Haikal menghubungi kakaknya yang juga merupakan istri Catur. Kepanikan langsung menyelimuti keluarga dan semua bergegas menuju rumah sakit melihat Catur.
"Pas sampai sana memang sudah enggak ada. Katanya sih meninggal di perjalanan," kata Nurhasan.
Tidak ada lagi Catur yang hobi bermain bola dengan teman-teman kerjanya. Pengalaman Catur menyaksikan tim kebanggaan di Stadion Patriot menjadi yang pertama sekaligus terakhir.
Catur yang meminta izin sebelum berangkat ke stadion itu tidak pernah pulang ke rumah lagi. Hanya jasadnya yang pulang dan kini dikubur.
Keluarga tidak menuntut
Setelah semua peristiwa itu, keluarga Catur tidak menuntut apa-apa. Mereka melepas Catur dengan ikhlas dan ingin membiarkannya istirahat dengan tenang. Keluarga tidak ingin makam Catur digali lagi untuk otopsi.
"Saya sudah bikin surat pernyaataan, dari pihak kita enggak ada tuntutan," kata Nurhasan.
Biarlah ini menjadi pelajaran bagi penyelenggara pertandingan sekaligus bagi penonton agar tidak lagi membawa barang berbahaya saat menonton sepakbola.
Nurhasan berharap, polisi memeriksa suporter lebih ketat lagi sebelum masuk ke stadion. "Kita minta dari polisi dan PSSI lebih diperketat lagi keamanan bagi pendukung timnas," ujar dia.
(Baca juga: Pelempar Petasan yang Tewaskan Catur Terancam 5 Tahun Penjara)
Meski demikian, Sekretaris Jenderal Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Ratu Tisha Destria menegaskan, masalah ini akan diusut sampai tuntas.
Dia tidak ingin hal ini mencoreng citra sepakbola di Indonesia. "Kita akan lawan ini, kita akan usut ini sampai tuntas, kita akan cari pelakunya bersama kepolisian setempat," ujar Tisha.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.