Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator seni

Kurator seni, esais isu-isu sosial budaya, aktivis, dan seorang guru. Kontak: asriniwidjanarko@gmail.com

Kegembiraan Kecil di Gang Abdul Jabar

Kompas.com - 05/09/2017, 14:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

SEBUAH momen kegembiraan sederhana dirayakan di gang kecil berjuluk Abdul Jabar, di Kelurahan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Abdul Jabar diambil dari tokoh masyarakat Betawi setempat dan generasi penerusnya mengabadikan namanya pada sebuah jalan.

Kegembiraan-kegembiraan mungil memang didamba warga Jakarta. Utamanya, mereka yang kurang beruntung, yakni lapisan masyarakat paling bawah.

Sebab kota raksasa ini menanggung beban banyak hal, seperti biaya hidup melecut tinggi, ketimpangan sosial makin terenggang lebar dan meledaknya populasi yang memicu kelelahan psikologis dari hari ke hari.

Acapkali, ada dua pilihan tersisa bagi penghuninya: terus bertahan atau terdesak keluar dari Jakarta.

Baca juga: Mempercantik RPTRA dan Rusun dengan Mural

Lembaga dunia independen dari AS, Demographia dengan Annual World Urban Areas melansir datanya pada 2017 bahwa teritori Asia secara pesat mendominasi ranking kota-kota yang berpopulasi terpadat sedunia. Wilayah kota Tokyo-Yokohama masih mempertahankan area urban yang terpadat bahkan sampai enam dekade.

Estimasinya, daerah Tokyo-Yokohama yang ditopang oleh kota-kota kecil sebagai kota satelitnya memiliki 37,9 juta jiwa penduduk.

Sementara Jakarta, dengan wilayah Jabodetabek, sebagai area Megalopolitan menempati rangking ke-2 dengan menanggung populasi 31,8 juta jiwa. Seterusnya New Delhi dan kota-kota satelit di sekitarnya di India, menempati posisi ke-3 dengan jumlah populasi sebesar 26,5 juta manusia.

Kota Manila membayangi Jakarta dan Delhi, dengan meloncat dari urutan ke-5, segera sekarang Manila telah bertengger di peringkat ke-4.

Biro Pusat Statistik milik Pemprov DKI memberi panduan pada kita, kota Jakarta sendiri telah suntuk dengan 10 juta orang lebih di lima wilayah (Utara, Barat, Timur, Pusat dan Selatan).

Pada pagi sampai sore hari mendapatkan limpahan 2 juta orang lainnya yang mengalir dan mencari nafkah dari kota-kota satelit disekitarnya (Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok).

Kembali pada Gang Abdul Jabar, apakah kemudian warga di sana menyerah? Tentu saja tidak. Mereka bertahan dengan kegembiraan kecil yang mereka punya.

Gang itu berkelok, bahkan sampai hanya sebatas dua manusia atau bisa dilalui sepeda motor tepat di tengah tubuh gang yang menghubungkan dua jalan lebih besar: Jalan Kedondong dan Jalan Durian Raya, Jakagakarsa adalah kampung mereka dan tetap harus dihidupi.

Lebar gang tak lebih 3 meter, dihuni begitu ragam manusia dan jenis profesi. Sebagian kecil dari mereka, yang berlokasi di gang atau dalam lingkup satu RT, menempati kelas masyarakat yang dianggap sejahtera. Sebagai contoh, purnawirawan Jenderal TNI, ekspatriat, pengusaha bahkan dua orang selebritas.

Tapi warga yang lainnya, masih terhimpit kesenjangan akut, yakni: para buruh, karyawan swasta kecil, seniman serta pedagang berskala bawah yang menempati rumah-rumah petak, rumah kontrakan sederhana yang menghuni atau berdekatan lokasinya dengan gang tersebut.

Gang Abdul Jabar memang bukan wilayah ghetto atau slum, atau sering disebut daerah kumuh dengan angka kriminalitas tinggi, seperti di Tanah Tinggi, Kelurahan Johar Baru, Jakarta Timur; yang mungkin bisa disandingkan dengan distrik Favela, di Rio de Janerio, Brazil saking padatnya populasi dan risiko kriminalitasnya.

Atraksi Pencak Silat dalam seremoni Palang Pintu khas budaya Betawi dipertontonkan di Festival Gang Abdul Jabar ke-2, 2017.Fendi Siregar Atraksi Pencak Silat dalam seremoni Palang Pintu khas budaya Betawi dipertontonkan di Festival Gang Abdul Jabar ke-2, 2017.
Gang Abdul Jabar jauh lebih aman, tak ada angka kriminalitas yang menonjol dan data konflik sosial nihil. Warga aseli Betawi di gang Abdul Jabbar dari generasi ke-2 sampai ke 4 masih mendominasi populasi dengan hak milik tanah ulayat.

Baca juga: Sejarah Kalijodo Akan Tergambar dalam Mural

Sementara, sisanya adalah pendatang, kemudian menjadi penghuni tetap, dari warga etnik Jawa, Sunda dan lain-lainnya yang berbaur dalam kehidupan keseharian.

Sampai sekarang, warga Betawi dan tanahnya setapak demi setapak mulai dirayu untuk dijual pada para investor yang membangun rumah-rumah standar dan modern dengan nilai miliaran rupiah nantinya. Tentu, jika tanah dibeli dan kemudian usai dibangun siap ditawarkan. 

Siapa saja pasti menganggap Gang ini vital atau daerah-daerah di seluruh Kelurahan Jagakarsa. Wilayah Jakarta Selatan relatif masih berudara sejuk, meskipun lalu-lintas padat dan tak jarang pagi hari macet total.

Gang Abdul Jabar terbilang masih dekat dengan paru-paru kota, dengan pusat kota di Jakarta Selatan tepatnya tak lebih 1,5 kilometer dari Kebun Binatang Ragunan. Sebuah lokasi hutan kota dengan wilayah berhektar-hektar.

Agustus lalu, tembok-tembok besar rumah pribadi maupun tembok kluster-kluster mini dengan sejumlah 4-5 rumah berdekatan dengan rumah petak dan rumah-rumah sederhana di gang dijadikan kanvas besar para seniman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com