JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah penggunaan transportasi publik di Jakarta saat ini masih minim dibandingkan dengan penggunaan kendaraan pribadi.
Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmoko mengatakan, jumlah penggunaan transportasi publik baru mencapai angka 12-15 persen dari total pergerakan transportasi di Jakarta.
"Yang kami hitung adalah berapa penumpang dari seluruh angkutan umum yang ada, kami bandingkan dengan total perjalanan yang ada. Sekarang baru 12 maksimal di 15 persen (penggunaan angkutan umum)," ujar Sigit di area car free day, Minggu (24/9/2017).
Sigit menjelaskan, ada dua alasan yang menyebabkan minimnya angka penggunaan transportasi publik. Yang pertama yakni ketersediaan angkutan massal itu sendiri. Sementara yang kedua adalah konektivitas angkutan massal di Ibu Kota.
(Baca: Djarot: Transportasi Publik Jakarta Sudah Lama Tertinggal)
"Koneksi atau integrasi antarmoda, misalnya kita turun dari Sudirman, tidak ada angkutan umum yang nyambung, akhirnya orang pindah, tidak mau pake public transport. Pola jaringan ini juga kami evaluasi sehingga bisa terintegrasi," kata dia.
Pada 2019 nanti, Pemprov DKI Jakarta menargetkan 30 persen dari total perjalanan di Jakarta akan menggunakan transportasi publik. Sebab, angkutan massal mass rapid transit (MRT) dan light rail transit (LRT) ditargetkan telah beroperasi pada 2019.
"Target kami di 2019 ada 30 persen minimal moda sharing karena diperkirakan pada tahun tersebut MRT sudah beroperasi, kemudian LRT sudah terintegrasi dengan bus transjakarta sehingga akan terjadi perpindahan," ucap Sigit.