Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan di Balai Kota, Benarkah Anies-Sandi Mulai Tertutup dengan Media?

Kompas.com - 03/11/2017, 08:40 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Setiap kepala daerah memiliki gaya masing-masing ketika memimpin dan berbagi informasi. Begitu juga di Balai Kota DKI Jakarta ketika puncak kepemimpinannya beralih ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno.

Adanya perbedaan gaya itu membuat perubahan-perubahan di Balai Kota, termasuk perubahan tara cara peliputan bagi awak media.

Dirangkum dari peristiwa lebih kurang dua pekan terakhir ini, perubahan pertama adalah penggunaan lantai 2 di depan ruang kerja Wakil Gubernur Sandiaga Uno.

Sejak Basuki Tjahaja Purnama masih menjadi wakil gubernur, area lantai dua biasa digunakan untuk sesi wawancara. Awak media sering mencegat Ahok dan narasumber lain di area tersebut.

Kebiasaan ini berlanjut sampai ketika Djarot Saiful Hidayat menjadi wagub dan gubernur. Djarot biasanya berdiri di depan pintu ruangannya sambil meladeni pertanyaan wartawan. Saat ada rapat yang dipimpin wagub di ruangan, awak media diperbolehkan menunggu di depan ruang rapat.

Baca juga : Disebut JK Akan Lanjutkan Reklamasi Pulau C dan D, Anies Bilang, Lihat Janji yang Kami Tulis

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan wakilnya, Sandiaga Uno saat ditemui di Balai Kota, Rabu (25/10/2017).Kompas.com/Alsadad Rudi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan wakilnya, Sandiaga Uno saat ditemui di Balai Kota, Rabu (25/10/2017).

Namun, kebiasaan ini mulai diubah pada era Sandiaga Uno. Awak media tidak lagi diperbolehkan menunggu dan wawancara di lantai dua. Sandi pernah menegur awak media yang menunggunya di depan ruangan untuk wawancara.

"Jadi, supaya bagus di TV-nya juga, di bawah. Ini the last (terakhir), ya, saya lakukan (wawancara) di sini (lantai 2)," kata Sandiaga ketika itu.


Sesi wawancara pun diarahkan terpusat di ruangan Balairung, sebuah aula yang ada di tengah Balai Kota. Tersedia meja kecil yang digunakan untuk keperluan wawancara.

Hal ini berbeda dengan sebelumnya. Dulu sesi wawancara dilakukan di mana saja. Wawancara bisa dilakukan langsung begitu pejabat keluar dari ruang rapat.

”Untuk yang di Balairung memang dibikin seperti itu yang baru sekarang aturannya. Dikonsentrasikan untuk doorstop dikumpul di Balairung. Itu semata-mata hanya untuk lebih tertib dan tertata rapi," ujar Kepala Dinas Komunikasi, Informasi, dan Statistik Dian Ekowati ketika dihubungi pada Kamis (2/11/2017).

Baca juga: Anies: Kalau Mau Buka-bukaan soal Alexis, Panjang Nanti...

Rapat tertutup

Hal lain yang berbeda adalah masalah rapat-rapat. Rapat yang sifatnya pengarahan dari Anies-Sandiaga digelar tertutup. Contohnya seperti rapat pembahasan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2018 serta rapat pengarahan direksi BUMD.

Berlangsungnya rapat itu digelar tertutup meskipun setelahnya Anies bersedia memberi keterangan. Terkait hal itu, Dian mengatakan, pengaturan dilakukan agar lebih tertib.

"Ya, itu mungkin sudah pengaturannya agar lebih tertib, lebih konsentrasi," ujar Dian.

Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Kominfotik) DKI Jakarta Dian Ekowati, di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (27/3/2017).Kompas.com/Kurnia Sari Aziza Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Kominfotik) DKI Jakarta Dian Ekowati, di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (27/3/2017).

Beberapa kali Anies dan Sandiaga juga berbagi topik permasalahan untuk ditangani. Suatu ketika, Sandi mendaftar terlebih dahulu pertanyaan apa saja yang akan dilontarkan wartawan.

Setelah itu, Sandi akan menyebut siapa "penanggung jawab" topik tersebut. Gaya ini juga berbeda karena dulu Ahok dan Djarot biasa mengomentari pertanyaan yang sama.

"Reklamasi (sama) Pak Anies. Terus apa lagi? Alexis, sama Pak Anies. UMP sama saya. Kan, nanya pembagiannya, saya bagi-bagi nih, terus apa lagi? Ini pembagian pertanyaan dulu," kata Sandiaga.

Baca juga: Diplomasi Pisang Goreng ala Sandiaga Uno...

Namun, saat ditanya kepada Anies, tak jarang Anies hanya tersenyum tanpa menjawab pada beberapa topik pembicaraan.

Misalnya, pertanyaan soal pembahasan reklamasi bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla. Saat ditanya terus-menerus, Anies hanya mengatakan, "Anda lihat janji-janji kami."

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (depan) dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno (belakang) di Mapolda Metro Jaya, Selasa (31/10/2017).KOMPAS.com/NURSITA SARI Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (depan) dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno (belakang) di Mapolda Metro Jaya, Selasa (31/10/2017).

Kepala dinas ikut irit bicara

Fenomena "irit bicara" bukan hanya dilakukan kepala daerahnya. Sejumlah kepala dinas juga tidak mau banyak berkomentar saat ditanya setiap persoalan yang lebih teknis. Selama ini biasanya penjelasan teknis dilakukan kepala dinas.

Misalnya, Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Tuty Kusumawati yang menghindar berbicara reklamasi, Kepala Dinas Penanaman Modal & Pelayanan Terpadu Satu pintu Edy Junaedi yang tidak mau menyebut bukti prostitusi di Alexis, hingga Kepala Dinas Perhubungan Andri Yansyah yang tidak mau menjelaskan hasil rapat penataan Tanah Abang meski rapat sudah dilakukan berkali-kali.

Katanya, hasil rapat akan disampaikan langsung oleh Anies atau Sandi.

"Nanti dulu, ya, besok, ini rapatnya sudah. Nanti dulu, sabar. Sama Pak Wagub yang akan sampaikan," kata Andri.

Wali Kota Jakarta Utara Husein Murad selepas apel di Taman BMW, Sunter, Kamis (3/8/2017).Ridwan Aji Pitoko/KOMPAS.com Wali Kota Jakarta Utara Husein Murad selepas apel di Taman BMW, Sunter, Kamis (3/8/2017).

Wali Kota Jakarta Utara Husein Murad juga belum bisa menjelaskan status hukum shelter yang akan dibangun di Kampung Akuarium.

Baca juga : Ditanya Status Lahan Kampung Akuarium, Jawaban Anies...

"Itu, kan, kami harus rapat dengan berbagai pihak dulu. Kalau aturannya seperti itu, membangun kembali bagaimana. Saya belum bisa lebih jauh, nih, memberikan Anda informasi," kata Husein.

Terkait ini, Dian mengatakan, Pemprov DKI Jakarta tetap berkomitmen transparan dalam segala hal. Kata dia, tidak ada arahan dari Anies ataupun Sandi kepada kepala SKPD untuk tidak mau membagi informasi. Rapat-rapat yang dilakukan juga tetap diunggah ke akun Youtube.

"Enggak ada arahan untuk menjadi tidak terbuka, malahan semuanya harus siap," kata Dian.

Kompas TV Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut 10 proyek infrastruktur di Jakarta belum memiliki analisis dampak lalu lintas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com