Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nenek Marsiyatim, Bertemu Anak Setelah 55 Tahun Berpisah

Kompas.com - 03/11/2017, 17:25 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Sudah 55 tahun nenek Marsiyatim (80) berpisah dari keluarganya. Selama dua tahun terakhir, Marsiyatim menghabiskan masa tuanya di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, Margaguna, Jakarta Selatan.

Marsiyatim yang berasal dari Surabaya, mengaku memiliki suami dan empat anak. Namun suatu hari, suaminya memutuskan meninggalkan Marsiatim dan anak-anak mereka.

"Waktu itu tahun 1963. Saya ditinggalin suami. Anak-anak sama saya," ujar Marsiyatim, Jumat (3/11/2017).

Kepergian sang suami menjadi awal mula Marsiyatim hidup tak menentu hingga berakhir di Jakarta.

Baca juga : Kisah Haru Pertemuan Nenek Tukiah dan Anaknya yang Terpisah 35 Tahun

Marsiyatim bercerita awalnya dia mengontrak rumah bersama anak-anaknya di Ambengan Batu, Gang 1 Nomor 33, Surabaya, Jawa Timur.

Karena kebutuhan ekonomi yang mencekik saat itu, Marsiyatim memutuskan pergi meninggalkan anak-anaknya untuk mencari pekerjaan dengan sepengetahuan pamannya.


Marsiyatim pergi bersama enam temannya untuk menjadi asisten rumah tangga di Ambengan, Surabaya.

Marsiyatim bertahan sebagai asisten rumah tangga di Surabaya selama dua tahun. Karena rindu, dia berniat pulang menemui anak-anaknya.

Namun sayang, Marsiyatim tidak bertemu anak-anaknya karena mereka sudah pindah rumah kontrakan.

"Saya tanya sama tetangga, anak saya ke mana? Enggak ada yang tahu. Paman juga saya tanya enggak tahu anak saya di mana," kenang Marsiyatim.

Baca juga : Umrah dan Umnah, Kembar yang Tidak Pernah Berpisah Selama 84 tahun

Karena tak kunjung bertemu dengan anak-anaknya, Marsiyatim memutuskan untuk tinggal sementara dengan pamannya. Namun setelah itu, dia kembali mencari pekerjaan menjadi asisten rumah tangga.

Nasib berkata lain, bukannya menjadi asisten rumah tangga, Marsiyatim malah bekerja kasar sebagai kuli bangunan, memindahkan besi. Nasib buruk tidak berhenti sampai di situ, Marsiyatim mengalami kecelakaan kerja.

"Saya lagi pindahin besi, tiba-tiba ada besi jatuh dari atas. Kaki kiri saya kena. Terus saya dibawa ke rumah sakit," ujar Marsiyatim.

Setelah dirawat di rumah sakit, Marsiyatim tidak diantar pulang. Ia malah dibawa ke salah satu yayasan di daerah Surabaya.

Dia lalu tinggal di yayasan itu dan berpindah-pindah hingga ke yayasan yang ada di Jakarta, tepatnya di sekitar daerah Petojo, Gambir, Jakarta Pusat.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com