Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernyataan Sandi soal Pejalan Kaki Tanah Abang yang Menuai Kritik...

Kompas.com - 08/11/2017, 08:46 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus mengumpulkan data yang akan menjadi basis penataan kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Salah satu data yang dikumpulkan adalah penyebab kemacetan dan kesemrawutan di sana.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan Tanah Abang macet. Pembangunan memuncaki urutan faktor penyebab kesemrawutan di sana. Di posisi kedua Sandi menyebut penyebab kemacetan adalah pejalan kaki.

Hal itu diketahui berdasarkan gambaran kondisi kawasan Tanah Abang yang diambil dengan kamera drone yang terintegrasi aplikasi Qlue dan Waze.

"Temuannya ternyata, ya, (penyebab) kesemrawutan (Tanah Abang) itu adalah satu pembangunan jalan, nomor dua tumpahnya pejalan kaki yang keluar dari Stasiun Tanah Abang, dan ketiga banyak angkot yang parkir liar atau ngetem," ujar Sandi di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (6/11/2017).

Baca juga: Bukan PKL, Sandiaga Sebut Pejalan Kaki Salah Satu Biang Macet Tanah Abang

Sandi mengatakan, PKL memang memiliki dampak pada kesemrawutan kawasan Tanah Abang. Namun, dampaknya tidak signifikan karena jumlahnya sedikit. Sandi menyebut keberadaan PKL bukan penyebab utama kemacetan dan kesemrawutan di Tanah Abang.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menuturkan, pernyataan Sandi soal pejalan kaki menjadi salah satu penyebab kemacetan Tanah Abang adalah hasil riset.

"Anda baca yang lengkap, dong. Itu, kan, hasil riset saja," kata Anies, Selasa.

Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus, di area car free day, Minggu (24/9/2017).KOMPAS.com/NURSITA SARI Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus, di area car free day, Minggu (24/9/2017).

Dikritik

Koalisi Pejalan Kaki mengkritik pernyataan Sandi soal penyebab kemacetan di Tanah Abang. Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus sepakat dengan pernyataan Sandi. Namun, ia mempertanyakan fungsi trotoar di Tanah Abang seharusnya untuk apa dan siapa.

"Kalau disebutkan seperti itu (pejalan kaki bikin macet), anak TK sekalipun kalau diajak datang dan ditanya yang bikin macet siapa sudah bisa menilai karena pejalan kaki. Namun, masalah mengapa pejalan kaki sampai turun ke jalan, kan, mereka tidak tahu karena trotoar dipakai dagang," ucap Alfred, Selasa.

Baca juga: Pejalan Kaki Bikin Macet Tanah Abang karena Trotoar Dipakai Dagang

Alfred mengatakan, tidak perlu bantuan drone untuk melihat kemacetan di Tanah Abang. Seseorang dapat datang langsung ke Tanah Abang untuk melihat kemacetan di sana. Alfred meminta Anies-Sandi tidak menyimpulkan sesuatu hanya dari laporan foto.

Penjelasan Sandi

Kemarin, Sandi kembali menjelaskan maksud pernyataannya soal pejalan kaki menjadi salah satu biang kemacetan di Tanah Abang. Ia mengatakan, penyebab utama kemacetan di Tanah Abang adalah pembangunan.

"Kedua adalah angkot ngetem. Ketiga adalah penataan 300.000 pejalan kaki yang tumpah dari Stasiun Tanah Abang," kata Sandi.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (6/11/2017).KOMPAS.com/NURSITA SARI Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (6/11/2017).

Sandi mengaku tidak menuding pejalan kaki sebagai penyebab kemacetan. Pejalan kaki justru harus dimuliakan dengan memberi mereka ruang khusus.

Baca juga: Apa Maksud Sandi dengan Pejalan Kaki Bikin Macet Tanah Abang?

Selama ini, trotoar yang seharusnya khusus pejalan kaki diokupasi PKL. Akibatnya, pejalan kaki berjalan di badan jalan.

"Begitu keluar (stasiun), kalau mereka enggak disiapkan trotoar yang benar, mereka akan turun ke jalan. Sebab, trotoar diokupasi PKL, ada tukang ojek pangkalan," ucap Sandi.

PKL dan ojek pangkalan yang mengokupasi trotoar hingga badan jalan, kata Sandi, harus ditertibkan sehingga trotoar berfungsi seperti seharusnya.

Pejalan kaki jadi prioritas utama

Wakil Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmoko mengatakan, Sandi tidak bermaksud menyalahkan pejalan kaki sebagai biang kemacetan di Tanah Abang. Menurut Sigit, Sandi hanya ingin memaparkan data yang ada dalam riset.

"Kalau kami hitung perbandingan PKL, pejalan kaki, dan angkutan umum, memang yang paling besar itu pejalan kaki. Dia user terbesar," ujar Sigit.

Baca juga: Dishub DKI Akan Prioritas Pejalan Kaki dalam Penataan Tanah Abang

Itu bukan berarti Pemprov DKI menyalahkan pejalan kaki. Sigit mengatakan, pihaknya justru sedang mencari cara agar pejalan kaki bisa terfasilitasi dengan baik dan tidak tumpah ke jalan saat keluar dari stasiun.

Menurut dia, saat ini pejalan kaki menjadi prioritas utama dalam penataan Tanah Abang.

"Pejalan kaki adalah yang paling utama. Mereka adalah pelanggan pertama yang harus dilayani," ujar Sigit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com