JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Ombudsman RI Adrianus Meliala akan membeberkan sejumlah bukti dan informasi bahwa preman di Tanah Abang benar-benar ada.
Hal ini untuk menjawab bantahan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana alias Lulung yang menyebut bahwa tidak ada preman di Tanah Abang.
"Gara-gara kemarin Lulung bilang Ombudsman apa lah, tidak ada oknum lah, maka besok kami akan buka sedikit bahwa ada yang namanya preman," ujar Adrianus di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (23/11/2017).
(baca: Lulung: Enggak Ada Preman di Tanah Abang!)
Adrianus mengatakan, pihaknya akan menampilkan foto dan video terkait pemerasan dan pungli oleh preman dan oknum Satpol PP.
"Jangan kami yang dituding memberi keterangan salah," kata Adrianus.
Sebelumnya, Ombudsman RI menemukan dugaan praktik pungutan liar (pungli) yang dilakukan oknum anggota satpol PP.
Pungli itu disebut diserahkan dari preman kepada oknum anggota satpol PP.
Namun, Lulung menegaskan, tidak ada preman di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
(baca: Beda dengan Lulung, Camat Sebut Ada Preman di Tanah Abang)
Menurut dia, kasus kriminal seperti perampokan dan pencopetan tidak banyak terjadi di Tanah Abang. Hal tersebut membuktikan tidak adanya premanisme di Tanah Abang.
"Kalau pencopetan satu atau dua, di (Pasar) Senen juga ada, tetapi yang sifatnya massal saya yakin enggak ada," ujar Lulung.
Lulung pun menantang Ombudsman untuk melakukan investigasi perihal pungli oleh preman dan oknum Satpol PP.
(baca: Menyaksikan Preman Meminta Jatah Harian kepada PKL Tanah Abang)
Ia menilai, orang tersebut tidak masuk dalam kategori preman.
"Pedagang punya kewajiban tertib enggak? Punya dong. Harus ada kepalanya enggak? Harus dong, kepala kelompok pedagang namanya. Punya kewajiban bersih enggak? Punya dong. Siapa petugasnya? Pedagang? Enggak bakal," kata Lulung.
Ucapan Lulung berbeda dengan pernyataan Camat Tanah Abang Dedi Arif Darsono. Bahkan, mereka terdiri dari beberapa kubu.
Hal itu ia ketahui berdasarkan pendataan pedagang kaki lima (PKL) Pasar Tanah Abang yang rutin dilakukan.
"Kami data para PKL. Kami tanya, kok, bisa jualan di sini. Mereka jawab si ini si itu (preman) yang ngizinin, jadi banyak (preman di Tanah Abang)," kata Dedi.