Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajah KRL Jabodetabek Dulu dan Kini...

Kompas.com - 26/11/2017, 06:49 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Masih lekat dalam ingatan kita bagaimana kondisi kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek beberapa tahun yang lalu. Banyak penumpang berebut naik ke atap kereta.
 
Tak hanya itu, pedagang kaki lima (PKL) dan pengamen dengan bebasnya berpindah dari satu gerbong ke gerbong lainnya. Para pengamen memetik gitar mereka di tengah ramainya penumpang KRL.
 
Sementara pedagang menawarkan gorengan hingga penjepit rambut kepada para penumpang yang sedang duduk maupun berdiri di gerbong. Pedagang tak hanya bebas mondar-mandir di dalam gerbong kereta, mereka juga menjajakan barang dagangan di bantaran rel layaknya pasar tumpah.
 
Namun, kondisi seperti itu tak lagi terasa. PT Kereta Api Indonesia terus berbenah. Pelayanan KRL terus diperbaiki secara bertahap, mulai dari tak ada penumpang di atap kereta, hingga PKL, maupun pengamen di dalam gerbong.
 
Semua gerbong KRL commuter line kini dilengkapi pendingin ruangan, kursi yang empuk, hingga petugas yang siaga membersihkan gerbong.
 
Pembenahan layanan KRL Jabodetabek diawali pada 2009. PT KAI membeli 8 unit kereta AC pertama seri 8500 yang dibentuk menjadi satu rangkaian KRL.
 
Dulu, penumpang bisa naik ke atap KRL.Bidik Layar vik.kompas.com/Transformasi Wajah KRL Dulu, penumpang bisa naik ke atap KRL.
 
Tak hanya layanan di dalam gerbong, fasilitas penunjang pun dibenahi. Terowongan maupun jembatan penyeberangan orang dibangun di stasiun agar penumpang tak lagi melintasi rel.
 
Tiket yang digunakan kini tidak lagi menggunakan kertas. Anak perusahaan PT KAI, PT KAI Commuter Indonesia (KCI), mengeluarkan tiket harian berjamin (THB) dan multi-trip (KMT). Jenis tiket kini dikembangkan, mulai dari bentuk gelang, stiker, hingga gantungan kunci.
 
Selain itu, PT KCI menyediakan vending machine untuk mengurangi transaksi di loket. Dengan adanya mesin ini, penumpang bisa membeli tiket secara mandiri. Mesin ini dapat melayani semua transaksi, mulai dari pengisian saldo KMT, pembelian, dan pengembalian THB.
 
Hingga kini, layanan KRL terus diperluas sampai ke Rangkasbitung, Banten, bahkan Cikarang, Jawa Barat. Pengembangan juga dilakukan dengan mengintegrasikan kereta dengan transjakarta.
 
Rencananya, pemerintah akan mengembangkan sistem transit oriented development (TOD). KRL akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya yang berbasis kereta, yakni MRT, LRT, dan kereta bandara.
 
KRL merupakan salah satu transportasi massal andalan warga di Jabodetabek. Namun, masih banyak hal yang harus terus dibenahi. Jadwal yang terlambat, sering gangguan, antrean masuk stasiun, hingga kondisi gerbong yang padat saat jam sibuk masih menjadi pekerjaan rumah PT KCI.
 
Seperti apa tahap demi tahap perubahan yang terjadi dalam layanan KRL Jabodetabek? Mari ikuti perubahan wajah KRL dari masa ke masa dalam Visual Interaktif Kompas (VIK) Transformasi Wajah KRL.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com