Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kenapa Selalu Wilayah Jakarta Timur yang Mengeluhkan Daging?"

Kompas.com - 28/11/2017, 20:43 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PD Dharma Jaya Marina Ratna Dwi Kusumajati heran dengan adanya beberapa laporan terkait daging yang tak layak dikonsumsi di kawasan Jakarta Timur. Menurut dia, selama ini wilayah lain di DKI Jakarta seperti rusun, beberapa hotel, dan restoran yang menjadi pelanggan PD Dharma Jaya tidak pernah pengeluhkan daging yang tak layak konsumsi.

"Saya heran, kenapa selalu di Jakarta Timur, sebelumnya di RPTRA, kemudian di rusun Rawa Bebek," kata Marina saat ditemui Kompas.com di kantornya, Selasa (28/11/2017).

Marina mengkhawatirkan isu daging tak layak konsumsi itu hanya komoditas politik untuk membuatnya tidak betah duduk menjadi orang nomor satu di PD Dharma Jaya. Menurut dia, tak sedikit orang yang tidak menyukainya.

"Saya hanya takut ini dipolitisasi, visi kami hanya ingin agar masyarakat Jakarta mendapatkan protein yang prima, yang baik," ucapnya.

Baca juga : Warga Rusun Rawa Bebek Keluhkan Kualitas Daging Tak Layak Konsumsi


Mengapa Marina menyangka ada yang tidak suka kepada dirinya? Ia mengatakan, pernah ada segelintir orang yang ingin menguasai lahan PD Dharma Jaya tetapi Marina melawannya.

"Ini kan milik pemerintah, enak saja mau merebut lahan ini. Sebetulnya saya tidak membela pun tidak apa-apa, tapi saya ingin mengabdi untuk kepentingan rakyat," kata Marina.

Tak selesai sampai di situ, beberapa orang yang mengatasnamakan nama-nama pejabat tinggi pernah mendatangi dirinya dengan maksud untuk melakukan lobi-lobi. Namun dirinya menolak dan tak pernah mau menerima lobi-lobi.   

"Saya enggak butuh kaya, kalau saya cari kaya, ngapain saya ninggalin perusahaan saya yang saya bisa ngantongin 6 miliar dari situ. Saya cuma mau mengabdi," ucapnya.

Terlepas dari politisasi, Marina membuktikan bahwa PD Dharma Jaya memperlakukan daging sapi yang dikelolanya dengan baik. Pihaknya melakukan impor daging sapi langsung dari Australia dan New Zealand dengan kualitas baik yang telah memiliki standar khusus.

Baca juga : Dirut PD Dharma Jaya: Daging Busuk Itu dari Mana?

Daging sapi impor beku yang didatangkan dari negara tersebut berkualitas bagus. Ketika sampai di PD Dharma Jaya daging-daging itu kembali diperiksa kualitasnya.

"Kami periksa lagi takut ada misalnya bagian paha yang patah, itu akan kami carikan solusinya, apakah dibakar atau dijadikan makanan hewan," kata Marina.

Selain itu, ketika proses pendistribusian, petugas-petugas dari PD Dharma Jaya membawa daging-daging itu menggunakan truk box yang memiliki pendingin yang telah disesuaikan.

Pada saat pembagian daging, petugas-petugas PD Dharma Jaya juga mempersilahkan warga menukar daging yang telah dibelinya jika daging tersebut berbau atau rusak.

"Pada saat penyaluran kalau ada yang rusak bisa ditukar, dan selanjutnya dibuatkan berita acara. Jadi kalau ada yang komplain tidak layak konsumsi itu dasarnya dari mana?" ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com