JAKARTA, KOMPAS.com - Selain memprotes operasional Transjakarta 1E Blok M-Pondok Labu, puluhan sopir metromini memberi masukan kepada PT Transjakarta dan Pemprov DKI Jakarta terkait perluasas rute. Mereka meminta, alih-alih menyerobot trayek Metromini 610, transjakarta baiknya menghidupkan kembali trayek yang lama mati.
"Kalau mau memperluas kenapa tidak ambil saja Blok M-Cinere, itu kan sudah tidak ada lagi mobilnya, kenapa ambil trayek kami yang baru kami perpanjang dan masih ada 40 mobil?" kata Ganda, perwakilan sopir metromini di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Selasa (9/1/2018).
Selain rute Blok M-Cinere, Ganda juga mengusulkan agar transjakarta menghidupkan kembali trayek Lebak Bulus-Kalideres yang juga sudah mati. Dulu, Lebak Bulus-Kalideres dilayani Metromini 85. Meskipun jalur tersebut padat, para pemilik kendaraannya tak lagi memperpanjang trayeknya.
"Usulan ini sudah kami sampaikan dalam bentuk surat ke (PT) Transjakarta, ke Balai Kota, ke Jatibaru (Dinas Perhubungan), sama kepolisian. Kami tunggu respons mereka," ujar Ganda.
Baca juga : Sopir Metromini 610 Protes karena Harus Bersaing dengan Transjakarta
Terkait upaya Pemprov DKI meremajakan Metromini dan Kopaja, Ganda menyebut wacana itu tak pernah jelas kelanjutannya. Lagi pula, banyak pemilik mobil yang tak sanggup membayar modalnya.
"Katanya untuk bergabung sama (PT) Transjakarta itu modalnya harus Rp 100 juta. Sekarang setoran harian saja susah, mau ikut gimana?" kata Ganda.
Selain tak cukup modal, Ganda menilai kerjasama di bawah PT Transjakarta dengan sistem upah rupiah per kilometer dianggap tak menguntungkan. Pasalnya, trayek Blok M-Pondok Labu hanya tujuh kilometer. Namun waktu tempuh satu ritnya cukup lama untuk sebuah trayek pendek.
Baca juga : Armadanya Dihadang Sopir Metromini 610, Ini Tanggapan Transjakarta
Itu akibat kemacetan di Jalan Fatmawati. Di lokas itu sedang dibangun mass rapid transit (MRT).
"Waktu pembangunan awal-awal pernah dari Blok M sampai Pondok Labu itu empat jam. Malah rugi kalau hitung-hitungan rupiah per kilometer," kata Ganda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.