JAKARTA, KOMPAS.com - Tenda biru bertuliskan BNPB itu sudah berdiri di kawasan Kampung Akuariun, Penjaringan Jakarta. Sejumlah warga terlihat berkegiatan di dalam tenda berukuran 12x6 meter persegi itu.
Di dalam tenda, tampak kain-kain dan seprai terbuka lebar, bergelantungan, menjadi pembatas tempat tidur antara satu keluarga dengan keluarga lain. Sejumlah barang seperti bantal, kasur, galon minuman, dan barang lainnya milik warga, memenuhi tenda tersebut.
Wartawan Kompas.com yang memasuki tenda merasakan pengapnya udara di dalam. Udara hanya masuk melalui celah tenda yang menjadi "pintu" keluar masuk.
Menurut Nur, seorang ibu rumah tangga yang menghuni salah satu tenda, mereka sudah seminggu, sejak Jumat (5/1/2018) lalu, pindah ke dalam tenda pengungsian sementara dari BPBD.
Baca juga : Sandiaga Sebut Pembangunan Shelter agar Warga Kampung Akuarium Hidup Layak
Mereka pindah ke tenda karena ada pembangunan hunian shelter bagi warga kampung yang digusur pada medio 2016 tersebut.
"Sudah seminggu ini di tenda. Ya, mau bagaimana karena akan dibangun shelter jadi harus bertahan di tenda dulu," ucap Nur yang ditemui Kompas.com sedang mempersiapkan makan siang di dapur umum, di bagian belakang tenda.
Baca juga : Dibangun Shelter, Warga Kampung Akuarium Pindah ke Tenda Darurat
Menurut Nur, ada 12 KK warga kampung Akuarium yang tinggal dalam tenda tersebut. Kain selimut, sprei dan handuk menjadi pembatas ruang privat antara keluarga yang satu dengan yang lain.
"Satu keluarga dibagi jarak satu tiang rangka tenda. Mau bagaimana lagi, seperti ini kondisinya. Kita saling menghormatilah meski hanya dipisah kain tipis, yang penting tidak kelihatan," ucap Fatimah, salah satu warga yang juga tinggal di tenda.
Baca juga : Tim Gabungan Amankan Pembangunan Selter Warga Kampung Akuarium
Fatimah dan Nur menceritakan, mereka segera memindahkan barang-barang mereka ketika tenda didirikan. Sebagai ibu rumah tangga yang tidak ke mana-mana, mereka mengakui kondisi di dalam tenda cukup panas saat siang. Saat malam, angin malam membuat warga di dalam tenda kedinginan.
Menurut Nur dan Fatimah, mereka hanya pasrah dengan kondisi tidak nyaman tinggal di dalam tenda. Mereka tidak berani membuka pintu tenda karena kondisi di sekitar yang berdebu akibat puing-puing bangunan dan kegiatan membangun shelter.
"Jadinya pakai kipas angin. Tapi itu juga tidak terlalu berpengaruh, cuma lewat saja," ucap Fatimah sembari tertawa.
Baca juga : Kampung Akuarium Jadi Percontohan Program Rumah Berlapis
Meski berada di dalam tenda, para warga tidak kesulitan untuk mendapatkan listrik. Pihak pembangun tenda memberi sambungan listrik agar warga dapat berkegiatan di dalam.
Saat Kompas.com berkunjung, ada warga yang tengah menonton televisi serta mengisi daya untuk telepon genggam mereka.
Pembangunan shelter ini sesuai instruksi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan agar membuatkan hunian layak bagi para warga kampung Akuarium, sampai nantinya ada pembangunan hunian tetap yang lebih layak bagi mereka.