Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Bendungan Ciawi dan Sukamahi Bisa Kurangi Banjir di Jakarta?

Kompas.com - 09/02/2018, 15:40 WIB
David Oliver Purba,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com- Pemerintah melalui Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) berupaya mengatasi banjir di Jakarta dengan membangun bendungan di Ciawi dan Sukamahi yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Dua bendungan yang mulai dikerjakan pada 2017 itu ditargetkan selesai pada 2019. Kedua  bendungan itu diharapkan bisa mengurangi banjir kiriman di Jakarta yang berasal dari Bogor.

Bagaimana kedua bendungan itu bekerja untuk mengurangi banjir di Ibu Kota?

Kepala Satuan Kerja Bendungan BBWCC Agus Safari di kantornya di Jakarta, Jumat (9/2/2018) menjelaskan, Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6,45 juta kubik air atau bisa menampung 365 meter kubik air per detik. Sementara Bendungan Sukamahi memiliki volume tampung 1,68 juta meter kubik atau 56 meter kubik air per detik.

Dua bendungan ini memiliki fungsi memperlambat air menuju Jakarta. Air akan ditampung ke kedua bendungan itu terlebih dahulu kemudian akan dialirkan ke Bendung Katulampa.

Baca juga : Jokowi Optimistis Waduk Cimahi dan Sukamahi Rampung 2019

Dengan air yang terlebih dulu masuk ke bendungan Ciawi dan Sukamahi maka air yang mengalir ke Katulampa menjadi lebih lambat dan semakin sedikit. Dari Bendung Katulampa akan secara bertahap dialirkan menuju ke Jakarta.

Bila biasanya durasi banjir yang tiba dari Bendung Katulampa ke pintu air Manggarai 9 jam, durasi banjir yang tiba bisa bisa lebih lama empat jam atau diperpanjang menjadi 13 jam.

"Jadi "memarkirkan" sementara air agar air yang turun tidak terlalu banyak. Jadi volume parkir sampai ke bawah dia akan berikan efek sekitar 12 persen (pengurangan debit air) untuk masuk ke Pintu Air Manggarai karena di bawah (dibantu dibuang) ke sungai-sungai. Jadi ada tambahan empat jam untuk air tiba. Warga juga bisa antisipasi banjir lebih lama," kata Agus.

Namun sampai saat ini pengerjaan dua bendungan itu baru mencapai sekitar  lima persen. Hal itu karena kucuran dana sebesar Rp 2 triliun untuk pembebasan lahan dan konstruksi dari Kementerian Keuangan belum terealisasi.

Pembangunan dua bendungan masih menggunakan dana talangan dari kontraktor proyek sebesar Rp 230 miliar.

"(Pembebasan lahan) masyarakat oke, tapi uangnya enggak turun. Kabarnya Maret tapi kan pemerintah tidak bayar langsung, tapi bertahap. Tapi kami opitimis bendungan ini bisa selesai 2019," kata Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com