Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Petani Padi Ibu Kota...

Kompas.com - 16/03/2018, 06:04 WIB
Setyo Adi Nugroho,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warsiman (80) sedang mencangkul sawah bersama cucunya, Tarsono (36), saat ditemui Kompas.com Rabu (14/3/2018).

Sudah sejak 2012 Warsiman menggarap lahan kosong di sekitar rumahnya yang terletak di Jalan Inspeksi Timur, Cakung, Jakarta Timur tersebut.

"Bagaimana, namanya juga tidak ada kerjaan. Sudah tua tetapi saya masih ingin berkegiatan. Makanya bertani," ucap Warsiman.

Bertani, terutama menanam padi, merupakan hal yang jarang ditemui di Ibu Kota. Sawah hanya terlihat di sebagian wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara.

Warsiman mengaku dibantu oleh cucunya yang datang dari Indramayu untuk menggarap sawah satu hektar tersebut. Tarsono datang ke Jakarta karena sang istri bekerja di Ibu Kota.

"Mau tidak mau ke Jakarta. Sering pulang pergi Indramayu untuk mengurus sawah di kampung," ucap Tarsono.

Baca juga : Bertani di Ibu Kota, Tetap Menanam meski Hasil Tak Menentu

Cerita yang hampir sama diutarakan Usup (70), warga Medan Satria Bekasi yang menggarap sepetak lahan di sisi Banjir Kanal Timur (BKT). Ia mengerjakan lahan seluas dua setengah hektar untuk ditanami padi jenis Ciherang.

"Sudah sejak tahun 2000, dulunya masih kebun. Saya buka pakai tangan sedikit demi sedikit. Dari pada tidak bekerja, karena saya sudah tua tetapi saya yakin masih bisa punya tenaga," ucap Usup.

Lahan persawhan di sekitar Banjir kanal timur, Cakung, Jakarta TImur Rabu (14/3/2018). Lahan persawahan masih dapat ditemui di beberapa daerah di JakartaKompas/Setyo Adi Lahan persawhan di sekitar Banjir kanal timur, Cakung, Jakarta TImur Rabu (14/3/2018). Lahan persawahan masih dapat ditemui di beberapa daerah di Jakarta

Baik Warsiman dan Usup menolak tua dengan tidak melakukan apa-apa. Kesamaan lainnya, keduanya menggarap lahan bukan miliknya.

Warsiman diperintahkan oleh pemilik lahan yang sedang dalam sengketa untuk menanam padi agar tidak diserobot oleh pihak-pihak yang bersengketa. Sementara itu, Usup secara sadar membuka lahan milik pemerintah.

"Tapi ini saya rawat dan saya jaga. Bukan menyerobot. Dulu tidak teratur seperti lahan terbengkalai, sekarang sudah 10 tahun saya kerjakan tanahnya jadi terawat," ucap Usup yang ditemui tengah menjaga padinya berumur tiga bulan dari serangan hama burung.

Bertani padi di Jakarta tidak berbeda jauh dengan bertanam padi di daerah. Kesulitan yang dirasakan para petani urban ini adalah hama dan ketersediaan air.

Khusus di daerah BKT ini, air memang yang paling sulit didapat. Untuk mendapatkan air, mereka perlu menyewa mesin pompa untuk mengairi sawah.

"Kalau hama paling banyak burung, bisa sampai ribuan. Air memang pasti kita keluar dana untuk sewa. Memang seperti itu di setiap masa tanam," ucap Warsiman.

Warsiman (80) petani di Cakung Timur, Jakarta Timur, melihat lahan sawah garpaannya, Rabu (14/3/2018)Kompas.com/Setyo Adi Warsiman (80) petani di Cakung Timur, Jakarta Timur, melihat lahan sawah garpaannya, Rabu (14/3/2018)

Meski menemui beragam kesulitan, baik Warsiman maupun Usup tetap bekerja sebagai petani di tengah keterbatasan lahan.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, di Jakarta masih tersedia lahan persawahan yang cukup luas.

Baca juga : Gubernur Anies: Di Jakarta Masih Ada 300 Hektar Sawah

Anies menyebut, ada lebih dari 300 hektar sawah di Jakarta. "Dan di lokasi ini ada sekitar 3 hektar dan alhamdulillah ditanam bulan Oktober November dan sudah panen kira 5 ton per hektarnya," ujar Anies saat berkunjung ke areal persawahan di Cakung Timur, akhir Januari lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com