Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesalahan Warga Setiap Kali Melihat Lokasi Kejahatan...

Kompas.com - 20/04/2018, 09:41 WIB
Sherly Puspita,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika kejahatan terjadi di suatu tempat, warga biasanya langsung berkerumun untuk mendekati lokasi kejadian.

Misalnya, saat tragedi pembunuhan pensiunan TNI Angkatan Laut bernama Hunaedi di kawasan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (5/4/2018) malam.

Kejadian tersebut diperkirakan terjadi selepas maghrib. Beberapa saat setelah kejadian tersebar video di berbagai media sosial dan aplikasi pesan singkat yang menunjukkan tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan sadis tersebut.

Dalam video berdurasi singkat tersebut terlihat banyak warga berkerumun di sekitar rumah korban hingga mendekati ruang depan rumah tempat korban tergeletak bersimbah darah.

Baca juga : Warga Kepung Rumah Pensiunan TNI yang Tewas di Pondok Labu, tapi Tak Lihat Pelaku Kabur

Tampak warga penasaran dengan apa kejadian yang baru saja terjadi meski polisi telah berada di lokasi pembunuhan. 

Banum Daktiloskopi Identifikasi Ditreskrimum Polda Metro Jaya Aipda Wahyudin menilai tindakan warga tersebut tak dapat dibenarkan. Menurutnya, hal tersebut dapat merusak TKP dan mengganggu proses penyelidikan.

Menurut pria yang telah 18 tahun bekerja di bidang daktiloskopi (ilmu sidik jari) tersebut, dengan berkerumunnya warga di sekitar TKP, maka akan banyak hal yang ditinggalkan dari tubuhnya.

"Jejak kaki, sidik jari, bau atau aroma badan bisa tertinggal dan itu mengganggu proses penyelidikan," ujarnya saat ditemui Kompas.com di Mapolda Metro Jaya, Kamis (19/4/2018).

Baca juga : Polisi Kerahkan Anjing Pelacak ke Lokasi Tewasnya Pensiunan TNI di Pondok Labu

Dengan tertinggalnya hal-hal tersebut bukan berarti jejak pelaku akan hilang, namun tingkat kerumitan penyelidikannya menjadi lebih tinggi.

"Polisi tentu punya teknik khusus untuk menangani TKP yang sudah tidak steril seperti ini, namun alangkah baiknya jika hanya karena keingintahuan semata warga lantas melakukan tindakan yang menyulitkan proses penyelidikan," tuturnya.

Yang seharusnya dilakukan

Wahyudin menerangkan, jika terjadi kejadian yang dicurigai atau sudah pasti sebagai tindak kejahatan, warga disarankan segera melapor polisi.

"Jangan segera memegang atau memindahkan sesuatu dari TKP. Tunggu polisi datang agar polisi yang melakukan pengembangan," tuturnya.

Tak hanya itu, menurutnya lebih baik lagi jika warga tak berada di titik terlalu dekat dengan TKP. Hal ini bisa menyulitkan anjing pelacak untuk menelusuri jejak pelaku.

"Terlalu banyak orang yang berkerumun, maka akan semakin banyak jejak di situ. Entah jejak kaki hingga jejak lain berupa aroma tubuh yang bisa jadi membingungkan anjing pelacak itu," kata dia.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengimbau masyarakat untuk turut membantu polisi dalam proses penyelidikan dengan mentaati ketentuan-ketentuan yang diberikan di sekitar TKP.

"Misalnya, di situ ada garis polisi ya jangan dilanggar. Polisi punya pertimbangan tertentu mengapa kawasan tersebut harus steril," imbaunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Megapolitan
Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Megapolitan
Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com