Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirut Dharma Jaya Marina Ratna Akhirnya Mundur dan Diganti

Kompas.com - 24/05/2018, 11:07 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Marina Ratna Dwi Kusumajati akhirnya mundur setelah kurang lebih tiga tahun menjabat sebagai Direktur Utama PD Dharma Jaya. PD Dharma Jaya merupakan sebuah badan usaha milik daerah (BUMD) DKI Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI akhirnya mendapat pengganti Marina setelah mantan pengusaha daging itu mengajukan pengunduran diri pada April lalu.

"Setelah ini saya belum tahu mau ngapain, yang pasti saya happy," ujar Marina usai melepas jabatannya, Rabu (23/5/2018).

Marina, yang ditarik Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tahun 2015 ketika Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta, diminta membenahi perusahaan penyedia daging yang berdiri sejak tahun 1985 itu.

Baca juga: Dirut Dharma Jaya Bicara soal Profesionalitas

Dharma Jaya yang selalu merugi dan pernah jadi lahan korupsi sebenarnya nyaris bangkrut dan ditutup. Namun di bawah Marina, Dharma Jaya menjadi perusahaan profesional dan menjadi andalan pemasok daging serta ayam yang terjangkau harganya oleh warga Ibu Kota.

Kinerja baik Marina diakui Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.

"Terima kasih kepada Ibu Marina yang dalam beberapa tahun terakhir melakukan revitalisasi dan turn around dari BUMN Dharma Jaya, sebuah perusahaan yang merugi tadinya, sekarang sudah alhamdulillah menjadi biru, menjadi untung dan sudah membantu langkah Pemprov DKI menjaga stabilitas pangan pasokan daging, dan protein yang jelas," kata Sandiaga saat melepas Marina di Balai Kota.

Sandiaga juga mengatakan transformasi PD Dharma Jaya diapresiasi pemerintah pusat lantaran DKI dianggap punya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terbaik di Indonesia.

Saat melepas Marina, Sandiaga mengatakan bakal mentraktir makan bahkan terus menemui Marina. Di hari-hari akhir Marina menjabat, keduanya menjadi akrab, bahkan pernah saling cium pipi.

Keakraban itu jauh berbeda dari konflik di antara keduanya yang menyebabkan Marina mundur.

Penyebab mundur

Masalah bermula pada November 2017, ketika PD Dharma Jaya menjadi salah satu BUMD yang tidak akan diberikan penyertaan modal daerah (PMD) pada tahun 2018. Alasan Sandiaga ketika itu, supaya BUMD bisa mandiri tanpa terus-menerus mendapatkan suntikan dana dari pemerintah.

Marina merasa tidak adil bahwa PD Dharma Jaya harus memutar otak mencari sumber dana lain untuk membeli daging subsidi, akibat pencabutan PMD. Sebab, program itu bukan demi kepentingan bisnis PD Dharma Jaya, melainkan untuk kesejahteraan warga berpenghasilan rendah.

Saat itu, Marina mengaku masih bisa menggunakan dana public service obligation (PSO) untuk membeli daging.

Baca juga: Johan Romadhon Ditawari Jadi Dirut Dharma Jaya oleh Tim Gubernur

Namun, dalam rapat banggar (badan anggaran) di Komisi C pada 21 November 2017, Marina menumpahkan kekhawatirannya atas stok daging subsidi tanpa ada PMD. Dia meminta, pencairan PSO bisa dipercepat.

Jika benar tidak diberi PMD, PSO menjadi cara satu-satunya untuk tetap bisa menyediakan daging subsidi.

Kekhawatiran Marina jadi kenyataan. Dua minggu usai rapat itu, ia mengajukan proposal untuk pencairan PSO. Namun, PSO senilai Rp 41 miliar yang dijanjikan Sandiaga, tidak juga turun. Kerja Pemprov DKI yang dinilai lelet itulah yang mendorong dia menyatakan mundur.

Ia kemudian juga kesal lantaran saat menemui Sandiaga untuk meminta bantuan, Sandiaga malah menyebutnya "datang nangis-nangis"

Setelah Marina mengungkapkan kekesalannya dan mengajukan pengunduran diri, Sandiaga akhirnya mengakui buruknya kinerja jajarannya. Marina yang dianggap sekadar 'mengancam' oleh Gubernur DKI Anies Baswedan lewat pengunduran diri itu, akhirnya tetap bekerja seperti biasa.

Dirut baru

Pengganti Marina adalah Johan Romadhon, mantan Presiden Direktur PT Tirta Gemah Ripah, BUMD Jawa Barat yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya air. Johan juga pernah bekerja untuk BUMD PT Agro Jabar yang mengurusi perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, cadangan pangan dan usaha lainnya di bidang agro.

"(Saya pernah) di dua BUMD, 2011-2015 di Tirta Gemah Ripah, itu ngurusin sumber daya air yang dimanfaatkan listrik terutama yang sudah jalan, sama suplai air baku untuk PDAM. Kedua, 2015 sampai terakhir itu di Agro Jabar dan anak perusahaannya di bidang agrobisnis," ujar Johan.

Johan menyebut di Agro Jabar dan anak perusahaannya sempat mengurusi pangan, terutama peternakan. Sebelum di BUMD, Johan juga mengaku pernah bekerjadi PT Elnusa Petrofin selama delapan tahun dari 1998-2006.

Pemilihannya sebagai Dirut Dharma Jaya diinisiasi Ketua Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Amin Subekti.

"Awalnya sih yang nawarin dari Tim Gubernur itu, Pak Amin. Nawarin gimana kalau mau masuk sini, saya juga dadakan sih diminta e-mail malam hari CV-nya. Paginya diminta ketemu diskusi, apa yang mau dilakukan," ujar Johan.

Johan bertemu dengan Amin beberapa waktu lalu dalam forum discussion group (FGD) tentang pengelolaan BUMD. Johan saat itu menjadi pembicara. Ia sendiri sudah lama mengenal Amin.

"Pak Amin kebetulan adik kelas saya di STAN. Kemudian, pas beberapa waktu lalu saya pernah bekerja di Elnusa, trading oil, nah, waktu itu juga ketemu Pak Amin Subekti. Beliau juga di perusahaan energi kalau enggak salah waktu itu di Indika. Ngobrolin masalah, kira-kira apa yang dikerjakan, soal minyak waktu itu. Itu sebelum 2006. Sudah lama," ujar Johan.

Johan mengaku ia mengikuti proses seleksi, tes, hingga wawancara. Salah satu pertanyaan yang diajukan terkait kesanggupan Johan yang seorang muslim, menjual daging babi di PD Dharma Jaya.

Lini bisnis daging babi ini yang membuat DKI kesulitan mencari sosok direktur pengganti Marina.

"Saya gini saja, kalau secara bisnis kalau menguntungkan, oke. Kalau secara saya muslim, ini lini produksinya bisa dipisahkan sehingga tidak mengganggu terhadap daging sapi yang lebih besar, kenapa enggak," ujar Johan.

Baca juga: DKI Sulit Cari Pengganti Dirut Dharma Jaya karena Menjual Daging Babi

Johan mengatakan setelah diangkat, ia masih harus belajar tentang peran PD Dharma Jaya.

"Saya tadi sudah ngobrol sama Pak Denny (Direktur Keuangan) yang existing direktur. Beliau juga cerita pada dasarnya sudah settle. Kami bisa pelajari, apa yang perlu diperbaiki ya kami akan perbaiki sebaik dan secepat mungkin," ujar Johan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap Johan bisa belajar dari pengalaman dalam mengelola BUMD DKI yang mengurus distribusi daging itu.

"Kami berharap pimpinan Dharma Jaya bisa mengambil pengalaman dari yang sudah ada selama ini sehingga mereka bisa mencukupi," ujar Anies.

Anies mengatakan, tugas utama Dharma Jaya adalah memastikan pasokan daging sapi dan daging ayam di Jakarta aman. Ia mengatakan selama ini hal itu sudah berjalan baik.

"Kami berharap agar suplai kebutuhan-kebutuhan dasar seperti daging, dan lain-lain itu bisa berjalan dengan baik. Karena kita tahu bahwa di Jakarta ini demand-nya terprediksi, ada siklusnya, ada masa di mana naik turun dan itu sudah berjalan bertahun-tahun," ujar Anies.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com